LAPORAN PENGUKURAN PANJANG
PENGUKURAN PANJANG
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai benda
yang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Untuk mengukur benda yang memiliki
ukuran panjang biasanya digunakan hasta. Namun, hasil pengukuran yang diperoleh
tidaklah memberikan data yang akurat. Dalam hal yang lain, mistar dapat mengukur diameter suatu tabung tetapi mistar tidak dapat digunakan untuk mengukur benda
yang berukuran kecil seperti diameter cincin, diameter kelereng, diameter pipa,
tebal plat aluminium, diameter kawat, dan ketebalan kertas.
Untuk mengukur benda yang berukuran panjang, tinggi,
atau lebar dapat menggunakan mistar atau roll meter. Hasil pengukuran yang
diperoleh pun mempunyai data yang lebih akurat. Namun, untuk benda yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil seperti mengukur diameter kelereng, cincin,
pipa dapat digunakan alat ukur jangka sorong yang memiliki tingkat ketelitian
yang lebih baik daripada mistar. Sedangkan untuk mengukur benda yang lebih
kecil dan tipis seperti plat aluminium, diameter kawat, rambut, ketebalan
kertas dapat digunakan alat ukur mikrometer sekrup yang memiliki tingkat
ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan mistar dan jangka sorong.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Raihan
Tegar Priambudy pada tanggal 9 Agustus 2016 yaitu mengukur diameter kelereng dengan
menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup. Dalam pengukuran diamater kelereng tersebut hasil
pengukuran dari jangka sorong dengan NST 0,05 mm yaitu diperoleh skala utama sebesar 16 mm dan skala nonius
sebesar 55 mm sehingga diperoleh diamater kelereng sebesar 18,75 mm. Sementara
itu hasil pengukuran dari mikrometer sekrup dengan NST 0,01 mm yaitu diperoleh
skala utama sebesar 16 mm dan skala nonius sebesar 10 mm sehingga diperoleh
diamater kelereng sebesar 16,1 mm. Berdasarkan data tersebut terbukti bahwa
mikrometer sekrup memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jangka sorong. Jadi, banyak
sekali alat yang digunakan untuk mengukur panjang suatu benda seperti mistar,
roll meter, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Namun, tidak diketahui
bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur tersebut secara rinci.
Berdasarkan
uraian di atas,
maka penting untuk dilakukan praktikum tentang pengukuran panjang.
2. Tujuan
Dari latar belakang diatas, maka
tujuan percobaan pengukuran panjang, yaitu:
a. Untuk
mengetahui cara mengukur diameter dan penggunaan jangka sorong dan mikrometer sekrup.
b. Untuk
mengetahui cara mengukur luas daun.
c. Untuk
mengetahui cara mengukur benda padat yang bentuknya beraturan.
d. Untuk
mengetahui cara mengukur volume benda padat yang bentuknya tidak beraturan.
B. Kajian Teori
Memperdalam ilmu fisika dapat dilakukan dengan
mempelajari bagaimana mengukur besaran
yang ada dalam fisika. Di antara besaran-besaran tersebut adalah panjang, waktu, massa, suhu, tekanan, dan arus listrik.
Pada tahun 1972, Republik Prancis menetapkan sistem baru untuk berat dan
ukuran. Dasarnya
adalah meter, didefenisikan
sebagai satu per 10 juta jarak dari kutub utara ke ekuator. Selanjutnya, untuk
kepraktisan,
standar bumi ini diabaikan dan meter didefenisikan menjadi jarak antara 2 garis halus yang terdapat pada ujung batang platinum-iridium,
disebut batang meter standar, yang
tersimpan di The International Bureau of
Weights and Measures di dekat Paris.
Duplikat akurat dari batang tersebut dikirim ke laboratorium standarisasi di
seluruh dunia. Standar-standar sekunder ini digunakan untuk menghasilkan standar lain yang lebih diakses
dan banyak lagi, sehingga pada akhirnya setiap alat ukur memperoleh otoritasnya
dari batang meter standar melalui serangkaian perbandingan yang rumit
(Giancolli, 2014).
Pada akhirnya, sains modern dan teknologi
membutuhkan standar yang lebih akurat daripada jarak antara dua goresan halus
pada batang logam. Tahun 1960, dipakai standar baru, untuk meter, berdasarkan pada panjang
gelombang cahaya. Secara spesifik, standar untuk meter ini didefenisikan kembali sebagai 1.650.763,73 panjang gelombang cahaya orange-merah
yang di emisi oleh atom kripton-86 (isotop atau
tipe khusus kripton) dalam tabung penembakan gas. Angka panjang gelombang yang
janggal ini dipilih sehingga standar yang baru akan mendekati batang meter
standar yang lama. Tahun 1983, tuntutan akan ketelitian yang lebih tinggi
mencapai pada satu titik dimana standar kripton-86 tidak lagi dapat memenuhi
tuntutan tersebut dan ditahun tersebut dibuat satu langkah besar. Meter
didefenisikan kembali sebagai jarak yang ditempuh cahaya pada interval waktu
tertentu. Dalam General Conference on
Weights and Measures
ke-17, dituliskan :
“Meter
adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh cahaya di dalam ruang vakum selama
interval waktu 1/2999 792 458 detik” (Halliday, 2010).
Pengukuran
yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah measurement merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur. Artinya memberi angka terhadap sesuatu
yang disebut objek pengukuran atau objek ukur. Menurut Allen & Yen (1979:
2) pengukuran (measurement) adalah
penetapan angka bagi individu dengan cara sistematis yang mencerminkan sifat
(karakteristik) dari individu. Menurut Saifuddin Azwar (2010: 3) pengukuran
adalah suatu prosedur pemberian angka terhadap atribut atau variabel suatu
kontinum. Sementara itu, menurut Anas Sudijono (2011: 4) pengukuran dapat
diartikan sebagai kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan
ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu.
Menurut Saifuddin Azwar (2010:4-6) karekteristik dari pengukuran, yaitu: 1) Perbandingan antara atribut yang di ukur
dengan alat ukurnya, maksudnya apa yang di ukur adalah atribut atau dimensi
dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri; 2) Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif
artinya, hasil pengukuran berwujud angka; 3) Hasilnya bersifat deskriptif, maksudnya
hanya sebatas memberikan angka yang tidak diinterpretasikan lebih jauh. Dari
ketiga karakteristik yang disebutkan tersebut maka dapat dikemukakan bahwa
pengukuran merupakan pengambilan keputusan yang menghasilkan sebuah angka
tetapi angka yang diberikan tidak memberikan interpretasi lebih jauh (Hapsari,
2012).
C.
Metode
Praktikum
1.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan
pengukuran panjang dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Alat
dan Bahan beserta Fungsinya yang Digunakan pada Percobaan Pengukuran Panjang
No.
|
Nama Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Mistar
|
Untuk
mengukur panjang
|
2
|
Balok
aluminium
|
Sebagai
objek pengukuran penjang, lebar dan tinggi
|
3
|
Pulpen
|
Untuk menggambar pola daun
|
4
|
Kaki
statif
|
Sebagai
penyangga
|
5
|
Batang
statif pendek
|
Sebagai
objek pengukuran diameter
|
6
|
Jangka
sorong
|
Untuk
mengukur diameter
|
7
|
Silinder
ukur
|
Sebagai
objek pengukuran diameter dalam, ke dalaman, dan tempat penampungan air yang
keluar dari tabung berpancuran
|
8
|
Bola
gelas (kelereng)
|
Sebagai
objek pengukuran diameter
|
9
|
Daun
|
Sebagai
objek pengukuran luas
|
10
|
Kertas
petak
|
Untuk
memetak daun
|
11
|
Kubus
material
|
Sebagai
objek pengukuran panjang, lebar dan tinggi
|
12
|
Balok
kayu
|
Sebagai
objek pengukuran panjang, lebar dan tinggi
|
13
|
Tali
nilon
|
Untuk
mengikat beban
|
14
|
Beban
50 g
|
Sebagai
objek pengukuran volume
|
15
|
Tabung
berpancuran
|
Sebagai
wadah air
|
2. Prosedur Kerja
a.
Pengukuran
diameter
1) Mengukur
diameter lubang kaki statif (dengan jangka sorong presisi).
2) Mengukur
diameter batang statif.
3) Mengukur
diameter dalam silinder ukur, dan mengukur ke dalaman silinder ukur.
4) Mengukur
diameter bola gelas (kelereng).
5) Mencatat
semua data hasil pengamatan ke dalam tabel.
6) Menyelesaikan
seluruh isian tabel.
b.
Pengukuran
luas
1) Menyiapkan
alat dan bahan.
2) Meletakkan
daun diatas grafik/kertas petak hingga melekat betul.
3) Menggambar pola daun pada kertas grafik dengan
menggunakan pensil yang runcing.
4) Memberi
nomor pada setiap kotak yang utuh.
5) Menghitung
luas kotak yang tidak utuh mulai dari 0,9; 0,8; 0,7 sampai 0,1. Mengalikan
jumlahnya dengan mm2.
6) Menjumlahkan
seluruh luas daun.
c.
Pengukuran
volume zat padat beraturan
1) Mengukur
panjang (p), lebar (L), dan tinggi atau tebal (t) dari:
-
Balok aluminium
-
Balok kayu (sediakan sendiri)
-
Kubus material
2) Mencatat
semua hasil pengamatan ke dalam tabel hasil pengamatan.
3) Menghitung
volumenya (melengkapi
isian tabel).
Volume balok :
d.
Pengukuran
volume zat padat tidak beraturan
1) Percobaan
1
a) Memasukkan
air ke dalam silinder ukur sampai 50 mL, mencatat volume tersebut sebagai
volume awal air (Vo).
b) Memasukkan
balok aluminium ke dalam silinder ukur, membaca volume air V1
(setelah ditambah volume balok) pada skala silinder ukur.
c) Mencatat
hasil pengamatan ke dalam
tabel.
d) Mengulangi
langkah 1 s/d langkah 3, untuk mengukur volume beban.
e) Melengkapi
isian tabel.
2) Percobaan 2
a) Meletakkan
silinder ukur di bawah
pancuran dari tabung berpancuran.
b) Mengisi
tabung sampai air mengalir ke dalam silinder ukur. Membaca dan mencatat volume
awal air (v0) di dalam silinder ukur.
c) Memasukkan
balok aluminium ke dalam tabung
berpancuran, membiarkan air mengalir ke dalam silinder ukur. Setelah aliran air
berhenti (tidak menetes
lagi), membaca dan mencatat volume air (V1) pada silinder ukur.
d) Mencatat
hasil pengamatan ke dalam tabel.
e) Mengulangi
langkah 1 s/d langkah 3 percobaan 2 untuk menentukan volume beban.
f)
Melengkapi isian tabel.
D.
Hasil
dan Pembahasan
1.
Hasil
Pengamatan
a) Mistar
Jangkauan ukur = 100 cm
b) Jangka
Sorong
Skala Utama
|
Skala Nonius
|
||
Jangkauan
Ukur
|
Nilai Terkecil
|
Banyak Skala
|
Panjang Skala
|
15 cm
|
1 mm
|
20
|
19
|
c) Mikrometer
Sekrup
Banyak skala pada Skala
Nonius = 50
Nilai terkecil Skala
Utama = 0,5 mm
d) Pengukuran
Diameter pada Jangka Sorong
Tabel 1.2 Menentukan Diameter pada
Jangka Sorong Percobaan
Pengukuran
Panjang
No
|
Nama Bahan
|
SU
|
SN
|
NST
|
Diameter Dalam
|
Diameter Luar
|
1
|
Kelereng besar
|
1,9 cm
|
31
|
0,02 cm
|
-
|
2,52 cm
|
2
|
Kelereng kecil
|
1,1 cm
|
28
|
0,02 cm
|
-
|
1,66 cm
|
3
|
Cincin
|
1,3 cm
|
75
|
0,02 cm
|
1,892 cm
|
2,8 cm
|
e) Pengukuran
Diameter pada Mikrometer Sekrup
Tabel 1.3 Menentukan Diameter Kelereng
dengan Mikrometer Sekrup
Percobaan Pengukuran Panjang
No.
|
Nama Bahan
|
SU
|
SN
|
NST
|
Diameter
|
1
|
Kelereng besar
|
2,5 cm
|
43
|
0,001 cm
|
2,543 cm
|
2
|
Kelereng kecil
|
1,6 cm
|
43
|
0,001 cm
|
1,643 cm
|
f)
Pengukuran Luas
Tabel
1.4 Menentukan Luas Daun Percobaan Pengukuran Panjang
No.
|
Bahan
|
Jumlah kotak utuh
|
Jumlah kotak tidak utuh
|
1
|
Daun
|
88
|
21
|
g) Pengukuran
Volume Zat Padat Beraturan
Tabel 1.5 Menentukan Volume Zat Padat
Beraturan Percobaan
Pengukuran
Panjang
No.
|
Bahan
|
Panjang (m)
|
Lebar (m)
|
Tinggi (m)
|
1
|
Balok aluminium
|
0,057
|
0,017
|
0,017
|
2
|
Kubus material
|
0,02
|
0,02
|
0,02
|
h) Pengukuran
Volume Zat Padat Tidak Beraturan
Tabel 1.6 Menentukan Volume Zat Padat
tidak Beraturan Percobaan
Pengukuran
Panjang
No.
|
Bahan
|
Vol. Awal Air (L)
|
Vol. Akhir Air
(L)
|
1
|
Beban
|
0,05
|
0,059
|
Tabel 1.7 Menentukan Volume Zat Padat
tidak Beraturan Percobaan
Pengukuran
Panjang
No.
|
Bahan
|
Vol. Awal (L)
|
Vol. Akhir Air (L)
|
1
|
Beban
|
0,011
|
0,02
|
2.
Analisis
Data
a)
Mistar
NST = 1 skala terkecil
Skala Utama
NST = 1 mm = 0,1 cm
Untuk mencari tingkat
ketelitian yaitu :
b) Pengukuran
Diameter pada Jangka Sorong
Atau :
Untuk mencari
ketelitiannya yaitu :
1) Diameter
Kelereng Besar
HP = SU + SN(NST)
HP = 1,9 + 31 (0,02)
HP = 2,52 cm
2) Diameter
Kelereng Kecil
HP = SU + SN (NST)
HP = 1,1 + 28 (0,02)
HP = 1,66 cm
3) Diameter
Cincin
HP = SU + SN (NST)
HP = 1,3 + 75 (0,02)
HP = 2,8 cm
4) Luas
Penampang
(a) Luas
Penampang Kelereng Besar
Dengan cara yang sama untuk data
yang lain dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Nama
Bahan
|
Diameter
Luar
(cm)
|
Luas
Penampang
(cm2)
|
1
|
Kelereng
kecil
|
1,66
|
2,16315
|
2
|
Cincin
|
2,8
|
6,1544
|
c) Pengukuran
Diameter pada Mikrometer Sekrup
Untuk mencari
ketelitiannya yaitu :
1) Diameter
Kelereng Besar
HP = SU + SN(NST)
HP = 2,5 + 43 (0,001)
HP = 2,543 cm
2) Diameter
Kelereng Kecil
HP = SU + SN (NST)
HP = 1,6 + 43 (0,001)
HP = 1,643 cm
3)
Luas Penampang
(a)
Luas Penampang Kelereng Besar
Dengan cara yang
sama untuk data yang lain dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Nama
Bahan
|
Diameter
Luar
(cm)
|
Luas
Penampang
(cm2)
|
1
|
Kelereng
kecil
|
1,643
|
2,11907
|
d) Pengukuran
Luas Daun
Kotak yang utuh = 88
kotak =
88 mm
Kotak yang tidak utuh =
21 kotak
e) Pengukuran
Volume Zat Padat Beraturan
1) Balok
Aluminium
P x l x t = 0,057 m x 0,017 m x 0,017 m
= 16,47 x 10-6
m3
Dengan
cara yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada tabel berikut.
No
|
Bahan
|
Panjang (m)
|
Lebar (m)
|
Tinggi (m)
|
Volume
(m3)
|
1
|
Kubus
material
|
0,02
|
0,02
|
0,02
|
8 x
10-6
|
f)
Pengukuran Volume Zat Padat tidak
Beraturan
Volume Benda = Volume
akhir air – Volume awal air
Volume Benda = 0,059 – 0,05
Volume Benda = 9 x 10-6
m3
3.
Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengukuran diperoleh perbedaan nilai diameter kelereng kecil yang diukur
dengan menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikromter sekrup secara
berurut–turut yaitu 1,66 cm dan 1,643 cm sementara itu untuk hasil pengukuran
diameter kelereng besar dengan menggunakan alat ukur jangka sorong dan mikrometer
sekrup secara berturut-turut yaitu 2,52 cm dan 2,543 cm. Untuk hasil pengukuran
diameter luar dan diameter dalam dengan menggunakan jangka sorong diperoleh
hasil secara berturut-turut yaitu 2,8 cm dan 1,892 cm. Dengan menggunakan hasil
diameter luar cincin dapat diperoleh luas penampang cincin yaitu sebesar 6,1544
cm. Dengan demikian alat pengukur diameter yang lebih teliti antara jangka sorong dan mikrometer sekrup
yaitu mikrometer sekrup. Karena mikrometer
memiliki NST yang lebih besar dibandingkan dengan NST jangka sorong sehingga
memiliki tingkat ketelitian pengukuran yang lebih baik. Sementara itu salah
satu cara untuk mengetahui luas penampang sebuah lingkaran dapat diperoleh
dengan mengukur diameter lingkaran tersebut.
Luas permukaan suatu benda datar persegi misalnya
dapat diketahui dengan mengalikan besaran panjang dan lebar dari benda persegi
tersebut. Tetapi untuk
benda yang bentuknya tidak persegi seperti daun maka pengkuran luasnya tidak
bisa langsung dikalikan besaran panjang dan lebarnya karena bentuknya tidak
beraturan. Jadi, cara pengukurannya yaitu dengan menggambar pola bentuk daun
yang ingin diketahui luasnya pada kertas petak sehingga akan terbentuk
persegi-persegi kecil yang sama besar pada pola daun tersebut. Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan, diperoleh jumlah kotak keseluruhan adalah 109. Jumlah
kotak yang penuh sebanyak 88 kotak dan jumlah kotak yang tidak penuh sebanyak
21. Dari data tersebut diperoleh luas daun sebesar 92,12 mm2. Jadi,
mengukur luas penampang daun dapat dilakukan dengan menggunakan kertas petak.
Pada percobaan pengukuran volume zat padat beraturan
dilakukan dua perlakuan yaitu mengukur volume balok aluminium dan kubus
material. Pada pengukuran ini hanya menggunakan alat ukur mistar yang merupakan
alat ukur panjang. Pengukuran volume suatu benda dapat dilakukan hanya dengan
mengukur panjang, lebar dan tinggi dari benda tersebut dan mengalikan ketiga
besaran tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh panjang, lebar dan tinggi dari balok aluminium secara
berturut-turut yaitu 0.057 m, 0,017 m,
dan 0,017 m. Sedangkan hasil pengukuran kubus material diperoleh panjang, lebar
dan tinggi secara berturut-turut yaitu sebesar 0,02 m, 0,02 m, dan 0,02 m.
Dengan demikian diperoleh nilai volume dari balok aluminium dan kubus material secara berturut-turut yaitu 16,47 x
10-6 dan 8 x 10-3. Jadi, nilai volume zat padat beraturan
dapat diperoleh dengan mengukur panjang, lebar dan tinggi dari benda tersebut
dan mengalikan ketiga besaran tersebut.
Bila suatu zat padat beraturan dapat diketahui
volumenya dengan
mengukur panjang, lebar dan tinggi dari
benda tersebut maka lain hal dengan zat padat
tidak beraturan. Pada percobaan pengukuran volume zat padat tidak
beraturan ini dilakukan dengan dua cara yaitu pertama dengan mengisi silinder
ukur dengan volume tertentu sebagai volume awal (V0) kemudian
memasukkan benda yang akan diukur volumenya ke dalam silinder ukur. Kemudian
amati kembali volume air yang tertera pada silinder ukur sebagai volume akhir
(V1). Berdasarkan hasil pengamatan untuk cara pertama ini diperoleh
volume awal air sebesar 0,05 L dan volume akhir air sebesar 0,059 L. Dengan
menyelisihkan Volume akhir air dan volume awal air diperolehlah volume benda sebesar
0,009 L . untuk cara yang kedua yaittu dengan meletakkan silinder ukur dibawah
tabung berpancuran kemudian mengisi penuh tabung berpancuran dengan air hingga
air mengalir ke dalam silinder ukur. Catat volume air pada silinder ukur
sebagai volume awal (V0) kemudian memasukkan benda ke dalam tabung
berpancuran hingga air mengalir ke dalam silinder ukur. Catat volume air pada
silinder ukur sebagai volume akhir (V1). Berdasarkan hasil
pengamatan untuk cara kedua ini diperoleh volume awal air sebesar 0,011 L dan
volume akhir air sebesar 0,02 L. Dengan menyelisihkan volume akhir air dan
volume awal air diperoleh volume benda sebesar 0,009 L. Jadi, pada cara kedua
ini dapat dipahami bahwa volume benda sama dengan volume air yang dipindahkan baik menggunakan cara pertama ataupun
kedua tetap menghasilkan nilai volume yang sama untuk benda yang sama.
Dapusnya mana
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete