LAPORAN PEMBUATAN SKALA PADA TERMOMETER

PEMBUATAN SKALA PADA TERMOMETER, SUHU CAMPURAN, DAN PEMUAIAN ZAT CAIR



A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Pada umumnya zat akan memuai apabila dipanaskan dan menyusut apabila didinginkan. Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai peristiwa pemuaian. Untuk mengantisipasi pemuaian, sambungan rel kereta api perlu diberi celah dengan jarak tertentu. Kabel kawat listrik pada umumnya dipasang kendor pada musim panas sehingga ketika menyusut pada musim dingin kawat tidak putus. Pada siang hari yang sangat panas, petani di sawah sering menutupi ban sepedanya dengan jerami. Gelas sering pecah apabila diisi dengan air mendidih. Pada bagian ini kalian akan mempelajari konsep pemuaian dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, bagian ini juga akan membicarakan proses perpindahan kalor. Apakah perbedaan antara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Temometer merupakan suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya  perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk  mengukur suhu dengan valid. Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin(1842 – 1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan mendidih pada suhu 212°F.
Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga dilaksanakanlah percobaan tentang pembuatan skala pada termometer, pemuaian zat cair, dan suhu campuran.
2.      Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan percobaan ini adalah sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui cara membuat skala pada termometer
b.      Untuk menyelidiki pengaruh kalor pada zat cair
c.       Untuk mengetahui suhu campuran



B.     Kajian Teori
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur). Istilah termometer berasal dari bahasa latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti mengukur. Betapa pentingnya mengetahui suhu tubuh sebagai langkah awal untuk pencegahan suatu penyakit maupun suatu bentuk usaha kita dalam menjaga kesehatan. Kondisi suhu tubuh yang normal adalah sekitar 37o Celcius. Peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal merupakan suatu gejala penyakit. Pada kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini, sudah banyak dijumpai beragam jenis termometer. Namun, semua termometer diproduksi dan ditujukan untuk manusia normal. Ini berarti semua perangkat tersebut hanya dapat digunakan oleh manusia pada kondisi normal. Berangkat dari permasalahan diatas maka penulis merencanakan dan membuat termometer digital dengan fasilitas keluaran suara sehingga bisa dimanfaatkan oleh para tuna netra sekaligus dapat memberikan kemudahan bagi orang yang memiliki keterbatasan penglihatan untuk mengetahui suhu. Rancang bangun alat pengukur suhu digital dengan keluaran suara ini bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi penyandang tuna netra untuk memperoleh data suhu tubuhnya (Arifin, 2010).
Untuk menentukan skala sebuah termometer diperlukan dua titik tetap: titik lebur es sebagai titik tetap bawah dan titik didih air sebagai titik tetap atas. Seorang astronom Swedia, Anders Celsius (1701-1744), adalah orang yang pertama kali menetapkan skala suhu berdasarkan titik lebur es dan titik didih air. Sesuai dengan penemunya, termometer yang ditemukan oleh Anders Celsius dinamakan termometer skala Celsius.
a.      Termometer Skala Celsius
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Untuk mengetahui suhu benda yang diukur, termometer perlu diberi skala. Proses memberi skala pada termometer dinamakan kalibrasi. Bagaimanakah caranya? Kalian dapat mengkalibrasi termometer dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.      Menentukan Titik Tetap Bawah
Masukkan ujung bawah termometer secara tegak lurus ke dalam bejana yang berisi es murni. Tunggu beberapa saat sampai es melebur yang ditandai dengan adanya air dalam bejana. Apabila tinggi permukaan raksa pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi, artinya suhu termometer sama dengan suhu es yang sedang melebur.  Berilah tanda tepat pada permukaan raksa itu dan tulislah dengan angka. Untuk termometer skala Celsius, titik tetap bawah ditulis 0oC.
2.      Menentukan Titik Tetap Atas
Masukkan ujung bawah termometer ke dalam bejana yang berisi air murni. Panaskan air sampai mendidih. Tunggu beberapa saat sampai suhu termometer sama dengan suhu air mendidih. Apabila tinggi permukaan raksa pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi, artinya suhu termometer sama dengan suhu air mendidih. Berilah tanda tepat pada permukaan raksa itu dan tulislah dengan angka. Untuk termometer skala Celsius, titik tetap atas ditulis 100oC.
3.      Membuat Pembagian Skala
Setelah titik tetap bawah dan titik tetap atas ditetapkan, selanjutnya jarak antara kedua titik tetap ini dibagi menjadi beberapa bagian yang sama. Pada termometer skala Celsius, kedua titik tetap ini dibagi menjadi 100 bagian yang sama. Jadi, setiap bagian skala menunjukkan suhu 1oC.
Pembagian skala ini dapat diperluas dengan memberi angka-angka tambahan, baik di bawah titik tetap bawah maupun di atas titik tetap atas. Angka-angka di bawah titik tetap bawah diberi angka negatif, sedangkan angka-angka di atas titik tetap atas diberi angka lebih dari 100oC. Termometer skala Celsius ditunjukkan pada Gambar 6.1.
celsius 
Gambar 6.1 Termometer Skala Celsius
b.      Termometer Skala Kelvin
Para ilmuwan lebih suka menggunakan termometer skala Kelvin. Oleh karena itu, dalam SI (Sistem Internasional) satuan suhu adalah kelvin (K). Skala Kelvin tidak dikalibrasi berdasarkan titik lebur es dan titik didih air, tetapi dikalibrasi berdasarkan energi yang dimiliki oleh partikel-partikel dalam benda. Apabila suhu benda turun, gerak partikel lambat. Sebaliknya, apabila suhu benda naik gerak partikel cepat. Ketika suhu benda mencapai –273,15oC, biasanya dibulatkan menjadi –273oC, partikel-partikel tidak bergerak sama sekali. Suhu   –273oC merupakan suhu paling rendah yang dapat dimiliki benda. Oleh karena itu, suhu –273oC dinamakan suhu nol mutlak.
Ilmuwan yang pertama kali mengusulkan pengukuran suhu berdasarkan suhu nol mutlak adalah Lord Kelvin (1824-1907), fisikawan berkebangsaan Inggris. Sesuai dengan nama penemunya, skala suhu yang digunakan dinamakan skala Kelvin. Penulisan suhu Kelvin tanpa menggunakan simbol derajat (o), tetapi cukup ditulis dengan K. Suhu paling rendah yang dapat dimiliki benda adalah –273oC. Dalam skala Kelvin, suhu –273oC sama dengan 0 K (nol mutlak). Perlu diketahui, suhu skala Kelvin tidak mengenal suhu negatif. Gambar 6.2 menunjukkan perbandingan skala Celsius dan skala Kelvin.
tempcompare
Gambar 6.2 Perbandingan termometer skala Celsius dan skala Kelvin.
Seperti telah diuraikan di atas, –273oC sama dengan 0 K atau 0oC = 273 K. Oleh karena itu, pada skala Kelvin titik lebur es 0oC diberi angka 273 K dan titik didih air 100oC diberi angka 373 K. Jadi,
                                    0oC = 273 K dan 100oC = 373 K.
Dengan demikian,
                         …………………………………….(6.1)
atau
                        …………………………………….(6.2)
c.       Termometer Skala Fahrenheit
Dalam termometer skala Fahrenheit, yang biasa digunakan di Amerika Serikat, suhu titik lebur es 32oF dan suhu titik didih air 212oF. Jadi, antara titik lebur es dan titik didih air dibagi menjadi 180 bagian yang sama. Pada skala Celsius antara titik lebur es dan titik didih air dibagi menjadi 100 bagian yang sama. Jadi, perbandingan skala suhu Celsius tC dan tF adalah
                          atau 
Artinya, perubahan suhu sebesar satu derajat Celsius sama dengan perubahan sebesar  derajat Fahrenheit. Untuk mengubah suhu dari Fahrenheit ke Celsius (atau sebaliknya) harus diperhatikan bahwa pada saat termometer skala Celsius menunjukkan angka 0oC skala Fahrenheit menunjukkan angka 32oF. Dengan demikian, diperoleh
.........................................................................(6.3)
atau
                        ....................................................................(6.4)
Kalor dapat mengubah wujud zat. Kalian tentu masih ingat bahwa zat dapat berwujud padat, cair atau gas. Perubahan wujud zat bergantung pada jumlah kalor yang diterima atau jumlah kalor yang dilepaskan oleh zat yang bersangkutan. Zat padat dapat berubah wujud menjadi zat cair apabila zat itu menerima kalor. Zat cair dapat berubah wujud menjadi gas apabila zat itu menerima kalor. Sebaliknya, gas dapat berubah wujud menjadi zat cair apabila melepaskan kalor. Zat cair dapat berubah wujud menjadi zat padat apabila melepaskan kalor. Sebagai contoh, es (zat padat) berubah wujud menjadi air (zat cair) apabila dipanaskan. Artinya, es menerima kalor. Air (zat cair) berubah wujud menjadi uap (gas) apabila dipanaskan. Artinya, air menerima kalor. Sebaliknya, uap air akan berubah wujud menjadi air apabila didinginkan. Artinya, uap air melepaskan kalor. Air (zat cair) akan berubah wujud menjadi es (zat padat) apabila didinginkan. Artinya, air melepaskan kalor (Pribadi, 2013).
Kalian telah mempelajari bahwa zat terdiri atas partikel-partikel yang dapat bergerak bebas. Kalian telah mengetahui bahwa ada gaya tarik-menarik antar partikel. Apabila zat padat dipanaskan energi getaran partikel-partikelnya bertambah besar dan jarak antar partikel menjadi bertambah. Akibatnya, ukuran zat padat menjadi bertambah. Pertambahan ukuran zat akibat pemanasan inilah yang dinamakan pemuaian. Pemuaian dapat terjadi pada zat padat, zat cair, dan gas. Salah satu peristiwa pemuaian zat padat adalah gelas kosong yang diisi dengan air mendidih menjadi retak. Peristiwa  ini terjadi karena bagian dalam gelas memuai terlebih dahulu daripada bagian luar gelas. Pemuaian zat padat dibedakan menjadi tiga, yaitu: pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.  Apabila zat padat dipanaskan, zat padat itu akan memuai ke segala arah. Artinya, ukuran panjang, luas, dan volumenya menjadi bertambah. Untuk benda padat yang berbentuk batang dengan luas penampang kecil, misalnya jarum jahit, kita hanya dapat memperhatikan pemuaian panjang saja. Untuk mempelajari pemuaian panjang. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bentuk zat cair selalu mengikuti bentuk wadahnya. Oleh karena itu, dalam zat cair hanya dikenal pemuaian volume. Kalian telah mempelajari bahwa pemuaian zat cair merupakan prinsip kerja termometer.  Pemuaian zat cair berbeda-beda, tergantung pada jenis zat cair.  Kalian telah mempelajari bahwa baik zat padat maupun zat cair mengalami pemuaian volume. Akan tetapi, pemuaian volume zat cair biasanya lebih besar dari pada pemuaian volume zat padat. Dalam kehidupan sehari-hari kalian dapat menjumpai peristiwa yang menunjukkan bahwa pemuaian zat cair lebih besar dari pada pemuaian zat padat. Misalnya, ketika kalian memanaskan air dengan menggunakan teko. Ketika air dan teko dipanaskan, keduanya memuai. Perhatikan bahwa ketika air akan mendidih terdapat air yang tumpah. Hal ini menunjukkan bahwa air (zat cair) memuai lebih besar daripada teko (zat padat). Nah, sekarang coba sebutkan beberapa contoh lain yang menunjukkan bahwa zat cair memuai lebih besar daripada zat padat (Widyatmaja, 2014).

C.    Metode Praktikum
1.      Alat dan Bahan
a)      Pembuatan Skala pada Termometer
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan skala pada termometer dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut.
Tabel 6.1 Alat dan Bahan pada Percobaan Membuat Skala Termometer Zat Cair
No.
Nama Alat/Bahan
Fungsi
1
Termometer raksa
Sebagain pengukur suhu
2
Bejana A beris air yang sedang melebur
Sebagai objek pengamatan
3
Bejana B beris air yang sedang melebur
Sebagai objek pengamatan
4
Hotplate
Sebagai pemanas
5
Polpen
Sebagai penanda letak pemukaan raksa
b)      Suhu Campuran
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Suhu Campuran dapat dilihat pada tabel 6.2 berikut.
Tabel 6.2  Alat dan Bahan pada Percobaan Suhu Campuran
No.
Nama Alat/Bahan
Fungsi
1
1 set statif
Sebagai alat untuk tempat menggantungkan termometer
2
Labu erlenmeyer
Sebagai wadah air dingin dan air panas
3
Silinder ukur 100 ml
Sebagai wadah air dingin
4
Gelas kimia
Sebagai wadah air panas
5
Hotplate
Sebagai pemanas air
6
Termometer berskala
Untuk mengukur suhu air
7
Air
Sebagai objek pengamatan
c)      Pemuaian Zat Cair
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan penentuan pemuaian zat cair dapat dilihat pada tabel 6.3 berikut.
Tabel 6.3 Alat dan Bahan pada Percobaan Pemuaian Volume Zat Cair
No.
Nama Alat/Bahan
Fungsi
1
1 set statif
Sebagai alat untuk tempat menggantungkan termometer
2
Labu Erlenmeyer
Sebagai wadah air
3
Hotplate
Sebagai pemanas air
4
Termometer
Untuk mengukur suhu air
5
Sumbat karet 2 lubang
Sebagai penutup labu erlenmeyer
6
Pipa plastik
Sebagai penunjuk adanya pemuaian zat cair
7
Bak plastic
Sebagai wadah erlenmeyer dan wadah air
8
Air
Sebagai objek pengamatan
9
Es
Sebagai pendingin


2.      Prosedur Kerja
a)      Membuat Skala pada Termometer
Prosedur kerja pada percobaan membuat skala pada termometer adalah sebagai berikut :
1)      Mencelupkan termometer dalam bejana A yang berisi es sedang melebur.
2)        Menunggu beberapa saat. Setelah raksa dalam pipa termometer berhenti bergerak turun, tandai letak permukaan raksa dalam pipa dengn polpen merah (tempat ini dinamakan titik tetap bawah). Memberi angka sesukamu pada titik itu, misalnya 0.
3)        Memanaskan air dalam bejana B dengan pemanas hotplate sampai air dalam bejana itu mendidih.
4)        Mencelupkan termometer ke dalam bejana berisi air yang sedang mendidih.
5)        Menunggu beberapa saat. Setelah raksa dalam pipa berhenti bergerak, tandailah letak permukaan raksa dalam pipa dengan polpen merah. Titik itu dinamakan titik tetap atas. Memberi angka sesukamu pada pada titik itu (tetapi lebih besar dari angka sebelumnya), misalnya 80.
6)        Mengukur jarak titik terbawah dengan titik teratas ini. Membagi jarak tersebut dalam bagian-bagian dengan jarak yang sama. Menganggap jarak tiap bagian itu derajat suhu skala yang dibuat.
b)      Suhu Campuran
Prosedur kerja pada percobaan Suhu Campuran adalah sebagai berikut :
1)        Mengaduk-ngaduk air dalam gelas kimia dan mencatat suhunya (t1) pada tabel.
2)      Menyalakan api untuk memanaskan air dalam erlenmeyer sampai kurang lebih 750c. Setelah itu mematikan mematikan api tersebut.
3)      Menuangkan air panas tersebut ke dalam gelas kimia yang telah berada dalam tabung pelindung. Mengaduk dan mengukur suhunya (t2), mencatat pada tabel.
4)      Memasukkan air dingin dari gelas ukur ke dalam gelas kimia lalu mengaduk ( menit) dan mencatat suhu campuran (t3) setelah suhu tidak berubah dan mencatatnya pada tabel
c)      Pemuaian Zat Cair
Prosedur kerja pada percobaan pemuaian pada zat cair adalah sebagai berikut :
1)      Mengukur tinggi permukaan air dalam pipa terhadap permukaan sumbat karet.
2)      Memasukkan labu erlenmeyer yang sudah tersumbat ke dalam bak (ember) plastik. Memasukkan air es dan potong-potongan kecil es ke bak (ember) plastik.
3)      Setelah 3 menit memberi tanda batas ketinggian air pada pipa plastik. Mengukur perbedaan ketinggian air dalam pipa plastik dan mencatat hasilnya ke dalam tabel.
4)      Mengeringkan permukaan luar labu erlenmeyer, kemudian memasangkan (menjepitkan) pada klem universal dan tunggu beberapa saat sampai permukaan air dalam pipa plastik kembali pada kedudukan semula (sebelum didinginkan).
5)      Menyalakan hotplate dan usahakan agar nyalanya  stabil. Bila perlu geser bosshead (kendorkan dulu bautnya) agar erlenmeyer berada tepat di hotplate.
6)      Memperhatikan permukaan air dalam pipa plastik. Memberikan tanda kedudukan permukaan air pada pipa plastik setelah labu dipanaskan selama 3 menit.
7)      Mengukur perbedaan ketinggian air sebelum dan sesudah di panaskan.
8)      Mencatat hasilnya ke dalam tabel.


D.    HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Hasil Pengamatan
a)      Membuat Skala Suhu pada Termometer
Data pengamatan percobaan pembuatan skala suhu pada termometer dapat dilihat pada Tabel 6.5 berikut.
Tabel 6.4 Data Pengamatan Percobaan Pembuatan Skala Suhu pada Termometer
Thermometer X
Thermometer Celcius
Titik tetap bawah = 0oX
Titik tetap bawah = 0oC
Titik tetap atas = 124oX
Titik tetap atas = 100oC

b)      Suhu Campuran
Data pengamatan percobaan suhu campuran dapat dilihat pada Tabel 6.6 berikut.
Tabel 6.5 Data Pengamatan Percobaan Suhu Campuran
Suhu Air Normal
Suhu Air Panas
Suhu Campuran
29,4oC
76,6oC
50,5oC
Volume air = 0,1 L
Massa 0,1 L air = 154,85 gram

c)      Pemuaian Zat Cair
Data pengamatan pada percobaan pemuaian zat cair dapat dilihat pada tabel 6.7 berikut.
Tabel 6.6 Data Pengamatan Pemuaian Zat Cair
No.
Labu Erlenmeyer
Suhu
Pemuaian Suhu Zat Cair dalam Pipa Kaca
1
Dalam ir es
31,4oC
Air turun habis
2
Dipanaskan
17,7oC
Air naik
3
Didinginkan
12,2oC
Air turun
Tawal ( To) = 37,2oC



2.      Analisis Data
a)      Membuat skala pada termometer
Tx =
3o X = ...oC?
3.      Pembahasan
Pada percobaan membuat skala pada termometer dilakukan dengan menentukan titik tetap bawah (titik beku) dan titik tetap atas (titik didih). Penentuan titik tetap bawah (titik beku) dilakukan dengan memanaskan es batu pada Hot Plate dan ketika es mulai mencair maka selanjutnya meletakkan termometer pada es yang sedang mencair tersebut kemudian memperhatikan pergerakan air raksa yang menurun dan ketika air raksa tersebut telah berhenti bergerak maka beri penanda pada kertas grafik sebagai titik tetap bawah. Sementara untuk menentukan titik tetap atas (titik didih) dilakukan dengan memanaskan air dengan suhu normal pada Hot Plate sampai mendidih selanjutnya meletakkan termometer pada air yang sedang mendidih tersebut dan memperhatikan pergerakan air raksa pada termometer yang bergerak naik, setelah air raksa berhenti bergerak maka beri penanda pada kertas grafik sebagai tiitk tetap atas. Berdasarkan data pengamatan diperoleh titik tetap bawah yaitu 0oX dan titik tetap atas yaitu 1240X. Jika dibandingkan dengan termometer skala Celcius, perbandingannya yaitu 31 : 25 oC.
Pada percobaan suhu campuran dilakukan dengan menyediakan dua wadah air dan satu wadah kosong. Dua wadah tersebut diisikan air dengan volume yang sama yautu 0,1 L. Wadah pertama berisi air dengan suhu normal, air tersebut kemudian diukur suhunya dengan menggunakan termometer zat cair dengan skala celcius. Suhu air yang terukur yaitu 29,4oC. Untuk wadah air yang lainnya dipanaskan menggunakan Hot Plate kemudian pada wadah tersebut diletakkan termometer zat cair dengan skala Celcius, air tersebut dipanaskan hingga mencapai suhu 75oC. Kemudian air normal dan air panas tersebut dituang pada wadah kosong secara bersamaan, kemudian diukur suhu air tersebut sebagai suhu campuran. Suhu yang terukur yaitu sebesar 50,5oC. Berdasarkan data pengamatan tersebut dapat dipahami bahwa setelah dicampur, air panas melepaskan kalor dan air dingin akan menerima kalor sehingga suhunya akan sama. Hal ini dapat dipahami pada Asas Black yang menjelaskan bahwa jika dua buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan, benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama. Adapun jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda panas.

Pada percobaan pemuaian zat cair dilakukan dengan memasukan air dengan suhu normal pada tabung erlenmeyer, kemudian erlenmeyer ditutup dengan menggunakan sumbat karet dua lubang, dimana pada lubang pertama diletakkan termometer dengan suhu awal yaitu 37,2oC dan pada lubang kedua diletakkan pipa plastik yang terisi air penuh. Labu Erlenmeyer tersebut kemudian diletakkan pada bak plastik. Percobaan ini dilakukan dengan tiga perlakuan, perlakuan pertama pada bak plastik diisikan air es dengan suhu 31,4oC, teramati air pada pipa plastik menurun habis. Perlakuan kedua, labu Erlenmeyer diletakkan pada Hot Plate hingga suhu air pada erlenmeyer mencapai 17,7oC, teramati air pada pipa plastik naik. Perlakuan ketiga, labu Erlenmeyer yang dipanaskan tadi diletakkan pada bak plastik dimana bak plastik tersebut telah diisi air dingin dengan suhu 12,2oC. Teramati, dimana air pada pipa kaca menurun. Berdasarkan data pengamatan tersebut dapat dipahami bahwa pemuaian zat cair adalah bertambahnya suatu ukuran volume air diakibatkan adanya kenaikan suhu pada air tersebut. Zat cair akan memuai bila dipanaskan dan akan menyusut apabila didinginkan. Hal ini sesuai dengan teori yang ada yaitu bahwa semakin tinggi suhu yang diberikan pada suatu zat cair maka semakin besar pula muai volume pada zat cair tersebut. 

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PENGUKURAN PANJANG

LAPORAN PRAKTIKUM : PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN METODE AYUNAN BANDUL

LAPORAN PENGUKURAN MASSA