LAPORAN PRAKTIKUM SUHU CAMPURAN
PEMBUATAN SKALA PADA TERMOMETER, SUHU CAMPURAN, DAN
PEMUAIAN ZAT CAIR
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Pada
umumnya zat akan memuai apabila dipanaskan dan menyusut apabila didinginkan.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai peristiwa pemuaian. Untuk
mengantisipasi pemuaian, sambungan rel kereta api perlu diberi celah dengan
jarak tertentu. Kabel kawat listrik pada umumnya dipasang kendor pada musim
panas sehingga ketika menyusut pada musim dingin kawat tidak putus. Pada siang
hari yang sangat panas, petani di sawah sering menutupi ban sepedanya dengan
jerami. Gelas sering pecah apabila diisi dengan air mendidih. Pada bagian ini
kalian akan mempelajari konsep pemuaian dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Di samping itu, bagian ini juga akan membicarakan proses
perpindahan kalor. Apakah perbedaan antara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Temometer merupakan suatu benda dan alat yang digunakan untuk mengukur
suhu. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung
menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Pada abad 17
terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini
memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 – 1744) sehingga pada tahun 1742
dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala
ini diberinama sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius. Apabila benda
didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan partikelnya akan
berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala Celcius tidak
bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin(1842 – 1907) menawarkan skala baru
yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K ketika air membeku dan
373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala
Reamur dan Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan
mendidih pada suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu
32°F dan mendidih pada suhu 212°F.
Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga dilaksanakanlah percobaan
tentang pembuatan skala pada termometer, pemuaian zat cair, dan suhu campuran.
2.
Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan percobaan ini adalah sebagai
berikut :
a.
Untuk
mengetahui cara membuat skala pada termometer
b.
Untuk
menyelidiki pengaruh kalor pada zat cair
c.
Untuk
mengetahui suhu campuran
B. Kajian Teori
Termometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur). Istilah termometer
berasal
dari bahasa latin thermo yang berarti panas
dan meter yang berarti mengukur. Betapa pentingnya mengetahui suhu tubuh sebagai langkah awal untuk pencegahan suatu
penyakit maupun suatu bentuk usaha kita dalam menjaga
kesehatan. Kondisi suhu tubuh yang normal adalah
sekitar 37o Celcius. Peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal merupakan suatu gejala penyakit. Pada kemajuan teknologi
yang sangat pesat saat ini, sudah banyak dijumpai
beragam jenis termometer. Namun, semua termometer
diproduksi dan ditujukan untuk manusia normal.
Ini berarti semua perangkat tersebut hanya dapat digunakan
oleh manusia pada kondisi normal. Berangkat dari permasalahan diatas maka
penulis merencanakan dan membuat termometer digital dengan fasilitas keluaran
suara sehingga bisa dimanfaatkan oleh para tuna netra sekaligus dapat
memberikan kemudahan bagi orang yang memiliki keterbatasan penglihatan untuk
mengetahui suhu. Rancang bangun alat pengukur suhu digital dengan keluaran
suara ini bermanfaat bagi masyarakat terutama bagi penyandang tuna netra untuk
memperoleh data suhu tubuhnya (Arifin, 2010).
Untuk menentukan
skala sebuah termometer diperlukan dua titik tetap: titik lebur es sebagai
titik tetap bawah dan titik didih air sebagai titik tetap atas. Seorang
astronom Swedia, Anders Celsius (1701-1744), adalah orang yang pertama kali
menetapkan skala suhu berdasarkan titik lebur es dan titik didih air. Sesuai
dengan penemunya, termometer yang ditemukan oleh Anders Celsius dinamakan
termometer skala Celsius.
a. Termometer Skala Celsius
Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Untuk
mengetahui suhu benda yang diukur, termometer perlu diberi skala. Proses
memberi skala pada termometer dinamakan kalibrasi. Bagaimanakah caranya? Kalian
dapat mengkalibrasi termometer dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menentukan
Titik Tetap Bawah
Masukkan ujung bawah termometer secara tegak lurus
ke dalam bejana yang berisi es murni. Tunggu beberapa saat sampai es melebur
yang ditandai dengan adanya air dalam bejana. Apabila tinggi permukaan raksa
pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi, artinya suhu termometer sama dengan
suhu es yang sedang melebur. Berilah tanda tepat pada permukaan raksa itu dan tulislah
dengan angka. Untuk termometer skala Celsius, titik tetap bawah
ditulis 0oC.
2. Menentukan
Titik Tetap Atas
Masukkan ujung bawah termometer ke dalam bejana yang
berisi air murni. Panaskan air sampai mendidih. Tunggu beberapa saat sampai
suhu termometer sama dengan suhu air mendidih. Apabila tinggi permukaan raksa
pada pipa kapiler sudah tidak berubah lagi, artinya suhu termometer sama dengan
suhu air mendidih. Berilah tanda
tepat pada permukaan raksa itu dan tulislah dengan angka. Untuk
termometer skala Celsius, titik tetap atas ditulis 100oC.
3. Membuat
Pembagian Skala
Setelah titik tetap bawah dan titik tetap atas
ditetapkan, selanjutnya jarak antara kedua titik tetap ini dibagi menjadi
beberapa bagian yang sama. Pada termometer skala Celsius, kedua titik tetap ini
dibagi menjadi 100 bagian yang sama. Jadi, setiap bagian skala menunjukkan suhu
1oC.
Pembagian skala ini dapat diperluas dengan memberi
angka-angka tambahan, baik di bawah titik tetap bawah maupun di atas titik
tetap atas. Angka-angka di bawah titik tetap bawah diberi angka negatif,
sedangkan angka-angka di atas titik tetap atas diberi angka lebih dari 100oC.
Termometer skala
Celsius ditunjukkan pada Gambar 6.1.
Gambar
6.1 Termometer Skala Celsius
b.
Termometer
Skala Kelvin
Para ilmuwan lebih
suka menggunakan termometer skala Kelvin. Oleh karena itu, dalam SI (Sistem
Internasional) satuan suhu adalah kelvin (K). Skala Kelvin tidak dikalibrasi
berdasarkan titik lebur es dan titik didih air, tetapi dikalibrasi berdasarkan
energi yang dimiliki oleh partikel-partikel dalam benda. Apabila suhu benda
turun, gerak partikel lambat. Sebaliknya, apabila suhu benda naik gerak
partikel cepat. Ketika suhu benda mencapai –273,15oC, biasanya
dibulatkan menjadi –273oC, partikel-partikel tidak bergerak sama
sekali. Suhu –273oC
merupakan suhu paling rendah yang dapat dimiliki benda. Oleh karena itu, suhu
–273oC dinamakan suhu nol mutlak.
Ilmuwan yang
pertama kali mengusulkan pengukuran suhu berdasarkan suhu nol mutlak adalah
Lord Kelvin (1824-1907), fisikawan berkebangsaan Inggris. Sesuai dengan nama
penemunya, skala suhu yang digunakan dinamakan skala Kelvin. Penulisan suhu
Kelvin tanpa menggunakan simbol derajat (o), tetapi cukup ditulis
dengan K. Suhu paling rendah yang dapat dimiliki benda adalah –273oC.
Dalam skala Kelvin, suhu –273oC sama dengan 0 K (nol mutlak). Perlu
diketahui, suhu skala Kelvin tidak mengenal suhu negatif. Gambar 6.2
menunjukkan perbandingan skala Celsius dan skala Kelvin.
Gambar 6.2 Perbandingan
termometer skala Celsius dan skala Kelvin.
Seperti telah diuraikan di atas, –273oC sama
dengan 0 K atau 0oC = 273 K. Oleh karena itu, pada skala Kelvin
titik lebur es 0oC diberi angka 273 K dan titik didih air 100oC
diberi angka 373 K. Jadi,
0oC
= 273 K dan 100oC = 373 K.
Dengan demikian,
…………………………………….(6.1)
atau
…………………………………….(6.2)
c. Termometer Skala Fahrenheit
Dalam termometer skala Fahrenheit, yang biasa
digunakan di Amerika Serikat, suhu titik lebur es 32oF dan suhu
titik didih air 212oF. Jadi, antara titik lebur es dan titik didih
air dibagi menjadi 180 bagian yang sama. Pada skala Celsius antara titik lebur
es dan titik didih air dibagi menjadi 100 bagian yang sama. Jadi, perbandingan
skala suhu Celsius tC dan tF adalah
atau
Artinya, perubahan suhu sebesar satu derajat Celsius sama
dengan perubahan sebesar derajat Fahrenheit. Untuk mengubah suhu dari
Fahrenheit ke Celsius (atau sebaliknya) harus diperhatikan bahwa pada saat
termometer skala Celsius menunjukkan angka 0oC skala Fahrenheit
menunjukkan angka 32oF. Dengan demikian, diperoleh
.........................................................................(6.3)
atau
....................................................................(6.4)
Kalor dapat mengubah wujud zat. Kalian tentu masih
ingat bahwa zat dapat berwujud padat, cair atau gas. Perubahan wujud zat
bergantung pada jumlah kalor yang diterima atau jumlah kalor yang dilepaskan
oleh zat yang bersangkutan. Zat padat dapat berubah wujud menjadi zat cair
apabila zat itu menerima kalor. Zat cair dapat berubah wujud menjadi gas
apabila zat itu menerima kalor. Sebaliknya, gas dapat berubah wujud menjadi zat
cair apabila melepaskan kalor. Zat cair dapat berubah wujud menjadi zat padat
apabila melepaskan kalor. Sebagai contoh, es (zat padat) berubah wujud menjadi
air (zat cair) apabila dipanaskan. Artinya, es menerima kalor. Air (zat cair)
berubah wujud menjadi uap (gas) apabila dipanaskan. Artinya, air menerima
kalor. Sebaliknya, uap air akan berubah wujud menjadi air apabila didinginkan.
Artinya, uap air melepaskan kalor. Air (zat cair) akan berubah wujud menjadi es
(zat padat) apabila didinginkan. Artinya, air melepaskan kalor (Pribadi, 2013).
Kalian telah mempelajari bahwa zat terdiri atas
partikel-partikel yang dapat bergerak bebas. Kalian telah mengetahui bahwa ada
gaya tarik-menarik antar partikel.
Apabila zat padat dipanaskan energi getaran partikel-partikelnya bertambah
besar dan jarak antar partikel
menjadi bertambah. Akibatnya, ukuran zat padat menjadi bertambah. Pertambahan
ukuran zat akibat pemanasan inilah yang dinamakan pemuaian. Pemuaian dapat
terjadi pada zat padat, zat cair, dan gas. Salah satu peristiwa pemuaian zat
padat adalah gelas kosong yang diisi dengan air mendidih menjadi retak.
Peristiwa ini terjadi karena bagian
dalam gelas memuai terlebih dahulu daripada bagian luar gelas. Pemuaian zat
padat dibedakan menjadi tiga, yaitu: pemuaian panjang, pemuaian luas, dan
pemuaian volume. Apabila zat padat
dipanaskan, zat padat itu akan memuai ke segala arah. Artinya, ukuran panjang,
luas, dan volumenya menjadi bertambah.
Untuk benda padat yang berbentuk batang dengan luas penampang kecil, misalnya
jarum jahit, kita hanya dapat memperhatikan pemuaian panjang saja. Untuk
mempelajari pemuaian panjang. Sebagaimana
telah diuraikan sebelumnya, bentuk zat cair selalu mengikuti bentuk wadahnya.
Oleh karena itu, dalam zat cair hanya dikenal pemuaian volume. Kalian telah
mempelajari bahwa pemuaian zat cair merupakan prinsip kerja termometer. Pemuaian zat cair berbeda-beda, tergantung
pada jenis zat cair. Kalian telah
mempelajari bahwa baik zat padat maupun zat cair mengalami pemuaian volume.
Akan tetapi, pemuaian volume zat cair biasanya lebih besar dari pada pemuaian volume zat padat. Dalam
kehidupan sehari-hari kalian dapat menjumpai peristiwa yang menunjukkan bahwa
pemuaian zat cair lebih besar dari pada
pemuaian zat padat. Misalnya, ketika kalian memanaskan air dengan menggunakan
teko. Ketika air dan teko dipanaskan, keduanya memuai. Perhatikan bahwa ketika
air akan mendidih terdapat air yang tumpah. Hal ini menunjukkan bahwa air (zat
cair) memuai lebih besar daripada teko (zat padat). Nah, sekarang coba sebutkan
beberapa contoh lain yang menunjukkan bahwa zat cair memuai lebih besar
daripada zat padat (Widyatmaja,
2014).
C. Metode
Praktikum
1. Alat dan Bahan
a)
Pembuatan Skala pada Termometer
Alat
dan bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan skala pada termometer dapat dilihat pada tabel 6.1
berikut.
Tabel 6.1 Alat dan
Bahan pada Percobaan Membuat Skala Termometer Zat Cair
No.
|
Nama
Alat/Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Termometer raksa
|
Sebagain pengukur suhu
|
2
|
Bejana A beris air yang sedang
melebur
|
Sebagai objek pengamatan
|
3
|
Bejana B beris air yang sedang
melebur
|
Sebagai objek pengamatan
|
4
|
Hotplate
|
Sebagai pemanas
|
5
|
Polpen
|
Sebagai penanda letak pemukaan
raksa
|
b)
Suhu Campuran
Alat
dan bahan yang digunakan pada percobaan Suhu Campuran dapat dilihat pada tabel
6.2 berikut.
Tabel 6.2 Alat dan Bahan pada Percobaan Suhu Campuran
No.
|
Nama
Alat/Bahan
|
Fungsi
|
1
|
1 set statif
|
Sebagai
alat untuk tempat menggantungkan termometer
|
2
|
Labu erlenmeyer
|
Sebagai
wadah air dingin dan air panas
|
3
|
Silinder ukur 100 ml
|
Sebagai
wadah air dingin
|
4
|
Gelas kimia
|
Sebagai
wadah air panas
|
5
|
Hotplate
|
Sebagai
pemanas air
|
6
|
Termometer berskala
|
Untuk
mengukur suhu air
|
7
|
Air
|
Sebagai
objek pengamatan
|
c) Pemuaian Zat Cair
Alat dan bahan yang
digunakan pada percobaan penentuan pemuaian zat cair dapat dilihat pada tabel 6.3 berikut.
Tabel 6.3 Alat dan
Bahan pada Percobaan Pemuaian Volume Zat Cair
No.
|
Nama
Alat/Bahan
|
Fungsi
|
1
|
1 set statif
|
Sebagai
alat untuk tempat menggantungkan termometer
|
2
|
Labu Erlenmeyer
|
Sebagai
wadah air
|
3
|
Hotplate
|
Sebagai
pemanas air
|
4
|
Termometer
|
Untuk
mengukur suhu air
|
5
|
Sumbat karet 2 lubang
|
Sebagai
penutup labu erlenmeyer
|
6
|
Pipa plastik
|
Sebagai
penunjuk adanya pemuaian zat cair
|
7
|
Bak plastic
|
Sebagai
wadah erlenmeyer dan wadah air
|
8
|
Air
|
Sebagai
objek pengamatan
|
9
|
Es
|
Sebagai pendingin
|
2. Prosedur
Kerja
a)
Membuat Skala pada Termometer
Prosedur
kerja pada percobaan membuat skala pada termometer adalah sebagai berikut :
1) Mencelupkan
termometer dalam bejana A yang berisi es sedang melebur.
2)
Menunggu beberapa saat. Setelah raksa
dalam pipa termometer berhenti bergerak turun, tandai letak permukaan raksa
dalam pipa dengn polpen merah (tempat ini dinamakan titik tetap bawah). Memberi
angka sesukamu pada titik itu, misalnya 0.
3)
Memanaskan air dalam bejana B dengan
pemanas hotplate sampai air dalam
bejana itu mendidih.
4)
Mencelupkan termometer ke dalam bejana
berisi air yang sedang mendidih.
5)
Menunggu beberapa saat. Setelah raksa
dalam pipa berhenti bergerak, tandailah letak permukaan raksa dalam pipa dengan
polpen merah. Titik itu dinamakan titik tetap atas. Memberi angka sesukamu pada
pada titik itu (tetapi lebih besar dari angka sebelumnya), misalnya 80.
6)
Mengukur jarak titik terbawah dengan
titik teratas ini. Membagi jarak tersebut dalam bagian-bagian dengan jarak yang
sama. Menganggap jarak tiap bagian itu derajat suhu skala yang dibuat.
b)
Suhu Campuran
Prosedur
kerja pada percobaan Suhu Campuran adalah sebagai berikut :
1)
Mengaduk-ngaduk air dalam gelas kimia
dan mencatat suhunya (t1) pada tabel.
2) Menyalakan
api untuk memanaskan air dalam erlenmeyer sampai kurang lebih 750c.
Setelah itu mematikan mematikan api tersebut.
3) Menuangkan
air panas tersebut ke dalam gelas kimia yang
telah berada dalam tabung pelindung. Mengaduk dan mengukur suhunya (t2),
mencatat pada tabel.
4) Memasukkan
air dingin dari gelas ukur ke dalam gelas kimia lalu mengaduk ( menit) dan mencatat suhu campuran (t3)
setelah suhu tidak berubah dan mencatatnya pada tabel
c)
Pemuaian Zat Cair
Prosedur
kerja pada percobaan pemuaian pada zat cair adalah sebagai berikut :
1) Mengukur
tinggi permukaan air dalam pipa terhadap permukaan sumbat karet.
2) Memasukkan
labu erlenmeyer yang sudah tersumbat ke dalam bak (ember) plastik. Memasukkan
air es dan potong-potongan kecil es ke bak (ember) plastik.
3) Setelah
3 menit memberi tanda batas ketinggian air pada pipa plastik. Mengukur
perbedaan ketinggian air dalam pipa plastik dan mencatat hasilnya ke dalam
tabel.
4) Mengeringkan
permukaan luar labu erlenmeyer, kemudian memasangkan (menjepitkan) pada klem
universal dan tunggu beberapa saat sampai permukaan air dalam pipa plastik
kembali pada kedudukan semula (sebelum didinginkan).
5)
Menyalakan hotplate dan usahakan agar nyalanya stabil. Bila perlu geser bosshead (kendorkan
dulu bautnya) agar erlenmeyer berada tepat di hotplate.
6) Memperhatikan
permukaan air dalam pipa plastik. Memberikan tanda kedudukan permukaan air pada
pipa plastik setelah labu dipanaskan selama 3 menit.
7) Mengukur
perbedaan ketinggian air sebelum dan sesudah di panaskan.
8) Mencatat
hasilnya ke dalam tabel.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengamatan
a)
Membuat Skala Suhu pada Termometer
Data
pengamatan percobaan pembuatan skala suhu pada termometer dapat dilihat pada Tabel
6.5 berikut.
Tabel 6.4 Data Pengamatan Percobaan Pembuatan Skala
Suhu pada Termometer
Thermometer X
|
Thermometer Celcius
|
Titik tetap bawah = 0oX
|
Titik tetap bawah = 0oC
|
Titik tetap atas = 124oX
|
Titik tetap atas = 100oC
|
b) Suhu Campuran
Data
pengamatan percobaan suhu campuran dapat dilihat pada Tabel
6.6 berikut.
Tabel 6.5 Data Pengamatan Percobaan Suhu Campuran
Suhu Air Normal
|
Suhu Air Panas
|
Suhu Campuran
|
29,4oC
|
76,6oC
|
50,5oC
|
Volume air = 0,1 L
Massa 0,1 L air = 154,85 gram
c)
Pemuaian Zat Cair
Data
pengamatan pada percobaan pemuaian zat cair dapat dilihat pada tabel 6.7
berikut.
Tabel 6.6 Data Pengamatan Pemuaian Zat Cair
No.
|
Labu Erlenmeyer
|
Suhu
|
Pemuaian Suhu Zat Cair dalam Pipa Kaca
|
1
|
Dalam ir es
|
31,4oC
|
Air turun habis
|
2
|
Dipanaskan
|
17,7oC
|
Air naik
|
3
|
Didinginkan
|
12,2oC
|
Air turun
|
Tawal
( To)
= 37,2oC
2.
Analisis Data
a)
Membuat
skala pada termometer
Tx =
3o X = ...oC?
3.
Pembahasan
Pada percobaan membuat skala pada termometer
dilakukan dengan menentukan titik tetap bawah (titik beku) dan titik tetap atas
(titik didih). Penentuan titik tetap bawah (titik beku) dilakukan dengan
memanaskan es batu pada Hot Plate dan
ketika es mulai mencair maka selanjutnya meletakkan termometer pada es yang
sedang mencair tersebut kemudian memperhatikan pergerakan air raksa yang
menurun dan ketika air raksa tersebut telah berhenti bergerak maka beri penanda
pada kertas grafik sebagai titik tetap bawah. Sementara untuk menentukan titik
tetap atas (titik didih) dilakukan dengan memanaskan air dengan suhu normal
pada Hot Plate sampai mendidih
selanjutnya meletakkan termometer pada air yang sedang mendidih tersebut dan
memperhatikan pergerakan air raksa pada termometer yang bergerak naik, setelah
air raksa berhenti bergerak maka beri penanda pada kertas grafik sebagai tiitk
tetap atas. Berdasarkan data pengamatan diperoleh titik tetap bawah yaitu 0oX
dan titik tetap atas yaitu 1240X. Jika dibandingkan dengan termometer skala Celcius, perbandingannya
yaitu 31 : 25 oC.
Pada percobaan suhu campuran dilakukan dengan
menyediakan dua wadah air dan satu wadah kosong. Dua wadah tersebut diisikan air dengan volume yang sama yautu 0,1 L.
Wadah pertama berisi air dengan suhu normal, air tersebut kemudian diukur
suhunya dengan menggunakan termometer zat cair dengan skala celcius. Suhu air
yang terukur yaitu 29,4oC. Untuk wadah air yang lainnya dipanaskan
menggunakan Hot Plate kemudian pada
wadah tersebut diletakkan termometer zat cair dengan skala Celcius, air
tersebut dipanaskan hingga mencapai suhu 75oC. Kemudian air normal
dan air panas tersebut dituang pada wadah kosong secara bersamaan, kemudian
diukur suhu air tersebut sebagai suhu campuran. Suhu yang terukur yaitu sebesar
50,5oC. Berdasarkan data pengamatan tersebut dapat dipahami bahwa
setelah dicampur, air panas melepaskan kalor dan air dingin akan menerima kalor
sehingga suhunya akan sama. Hal ini dapat dipahami pada Asas Black yang
menjelaskan bahwa jika dua buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan, benda
yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama.
Adapun jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas.
Pada percobaan pemuaian zat cair dilakukan dengan
memasukan air dengan suhu normal pada tabung erlenmeyer, kemudian erlenmeyer
ditutup dengan menggunakan sumbat karet dua lubang, dimana pada lubang pertama
diletakkan termometer dengan suhu awal yaitu 37,2oC dan pada lubang
kedua diletakkan pipa plastik yang terisi air penuh. Labu Erlenmeyer tersebut
kemudian diletakkan pada bak plastik. Percobaan ini dilakukan dengan tiga
perlakuan, perlakuan pertama pada bak plastik diisikan air es dengan suhu 31,4oC,
teramati air pada pipa plastik menurun habis. Perlakuan kedua, labu Erlenmeyer diletakkan
pada Hot Plate hingga suhu air pada erlenmeyer
mencapai 17,7oC, teramati air pada pipa plastik naik. Perlakuan ketiga,
labu Erlenmeyer yang dipanaskan tadi diletakkan pada bak plastik dimana bak
plastik tersebut telah diisi air dingin dengan suhu 12,2oC.
Teramati, dimana air pada pipa kaca
menurun. Berdasarkan data pengamatan tersebut dapat dipahami bahwa pemuaian zat cair adalah bertambahnya
suatu ukuran volume air diakibatkan adanya kenaikan suhu pada air tersebut. Zat
cair akan memuai bila dipanaskan dan akan menyusut apabila didinginkan. Hal ini
sesuai dengan teori yang ada yaitu bahwa semakin tinggi suhu yang diberikan
pada suatu zat cair maka semakin besar pula muai volume pada zat cair tersebut.
Comments
Post a Comment