LAPORAN PRAKTIKUM AYUNAN PUNTIR
AYUNAN PUNTIR
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Ayunan puntir merupakan sebuah piringan yang digantungkan
pada ujung sebuah kawat yang dipasangkan pada pusat massa piringan. Jika suatu
benda diberi simpangan kemudian dilepaskan maka benda tersebut akan melakukan
gerak osilasi atau gerak berulang-ulang yang periodik sehingga kawat akan
mengalami puntiran. Kawat yang terpuntir akan melakukan torka pada piringan
yang cenderung akan kembali ke posisi semula. Menurut
Grand Fowles (2005) yang menyatakan bahwa ketika piringan diberi simpangan maka
kawat akan mengalami puntiran, dan ketika piringan diberi simpangan maka
piringan tersebut akan mengalami gerak osilasi. Untuk puntiran yang kecil,
torka pemulihnya sebanding dengan banyaknya puntiran atau pergeseran sudut.
Selain itu torka juga sebanding dengan konstanta kawat yang digunakan. Dari
pernyataan inilah perlu adanya perlu adanya penjelasan yang lebih lanjut lagi
agar pemahaman kita lebih baik mengenai ayunan puntir ini.
Dalam ayunan puntir kita dapat menggunakan beberapa jenis
kawat yang berbeda-beda, namun yang terpenting adalah besar dari konstanta
puntir dan modulus geser kawat tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pada ayunan punter yaitu jenis dan panjang tali
yang digunakan.
Berdasarkan
uraian diatas mengenai besar konstanta puntiran dan modulus geser dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehinggah hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya melakukan praktikum tenatang “Ayunan Puntir”.
2.
Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ayunan puntir
adalah untuk menentukan konstanta puntir K dan modulus geser M dari kawat
logam.
B. Kajian Teori
Ayunan puntir
dalam bahasa lainnya bandulan puntiran (Torsional
pendulum) berupa sebuah piringan yang digantungkan pada ujung sebuah kawat yang
dipasang pada pusat massa piringan. Batang kawat tersebut dibuat tetap terhadap
sebuah penyangga yang kokoh dan terhadap piringan tersebut. Jika piringan
dirotasikan dalam bidang horizontal kearah posisi radian maka kawat akan
terpuntir. Kawat yang terpuntir akan melakukan torka pada piringan yang
cenderung akan mengembalikan ke posisi semula (Alonso,1980).
Ayunan puntir terdiri
dari sebuah benda yang digantung pada kawat melalui pusat massa benda, jika
benda diputar pada sudut ϴ dari seimbangnya, maka benda akan bekerja momen
puntir yang besarnya sama dengan sudut puntir tersebut. Dari persamaan
diferensial gerak harmonik ayunan puntir diperoleh kecepatan sudut.
..............................................................................( 3.1)
dan
periode :
……………….................................................. ( 3.2)
Berdasarkan persamaan tersebut dapat ditentukan momen
inersia benda ayunan puntir dan momen inersia secara empiris ( Sumardi,1995).
Gaya kelembaman atau inertia
force didefenisikan sebagai kebalikan dari resultan gaya dan momen puntir.
Bersama-sama dengan resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda. Jika kita
mengangap gaya kelembaman yang dilakukan mempunyai besar dan garis kerja yang
sama tetapi berlawanan arah, maka percepatan sudut dari benda tersebut akan
sama dengan nol. Jadi dengan menambahkan gaya kelembaman dan momen puntir
kelembaman pada sebuah benda yang dipengaruhi oleh resultan gaya dan resultan
momen puntir, maka benda tersebut akan dibawah dalam keadaan setimbang (
Martin,1994).
Torsi
merupakan efek momen yang termaksud putaran atau puntiran yang terjadi pada
penampang tegak lurus terhadap sumbu utama dari elemen. Beban lateral tersebut
berbentuk atau cenderung memutar dengan arah vertikal. Hal ini terjadi ketika
pusat beban tidak tepat dengan pusat kekakuan dan massa bangunan dapat
menyebabkan gerakan torsi selama terjadinya putaran struktur dan ketidakpastian
pusat massa dan kekakuan akan menjadi struktur yang tidak simetris atau
struktur dengan ketidakseimbangan torsi dan gerakan torsi dapat disebabkan oleh
ketidaksimetrisan atau ketidakseimbangan sehingga menjadi seperti puntiran
natural (Swara, 2010).
Pada
saat piringan diberi simpangan maka kawat akan mengalami puntiran dan ketika
piringan diberi simpangan maka piringan tersebut akan mengalami gerak osilasi.
Untuk puntiran yang kecil, torka pemulihnya sebanding dengan kosntanta kawat
yang digunakan selain itu juga banyaknya puntiran atau pergeseran sudut. Nilai
konstanta puntir dapat ditentukan dengan menerapkan torka untuk mengukur atau
memuntir kawat dan mengukur simpangan θ (Fowles, 2005).
C. Metode Praktikum
1.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ayunan puntir
dapat dilihat pada Tabel 3.1
berikut ini.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang
digunakan pada Percobaan Ayunan Puntir.
No
|
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Kawat Logam (Aluminium
dan Tembaga)
|
Sebagai objek pengamatan
|
2
|
Mikrometer Presisi
|
Untuk mengukur diameter
|
3
|
Mistar
|
Untuk mengukur panjang kawat
|
4
|
Plat Kayu
|
Sebagai objek pengamatan
|
5
|
Statif
|
Sebagai Penyangga
|
6
|
Stopwatch
|
Untuk mengukur waktu berisolasi
|
7
|
Neraca Digital
|
Untuk mengukur massa plat kayu
|
2.
Prosedur Kerja
Langkah-langkah
kerja yang dilakukan pada praktikum ayunan puntir adalah
:
a.
Menggantungkan benda pada poros yang melalui pusat massa dan
tegak lurus dalam bidang-bidang benda
sesuai dengan percobaan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Rangkaian Alat
dan Bahan Percobaan Ayunan Puntir
b.
Mengukur panjang
dan diameter kawat yang dipakai, panjang kawat mulai dari 0,5 m, 0,75 m, dan 1
m. Serta menimbang massa dan diameter piringan.
c.
Memutar
benda dengan sudut kecil, kemudian melepaskan sehingga benda berisolasi dan
mencatat waktu yang diperlukan pada 5 kali osilasi.
d.
Mengulangi
langkah (c) untuk harga yang berbeda.
e.
Mengulangi
percobaan untuk jenis kawat lainnya.
D. Hasil dan Pembahasan
1.
Hasil
a.
Data Pengamatan
Data pengamatan pada percobaan ayunan punter ini dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Data
Pengamatan Percobaan Ayunan Puntir
No
|
Jenis Kawat
|
L (m)
|
d
(m)
|
t1
(s)
|
t2 (s)
|
t3
(s)
|
Trata-tara
(s)
|
n
(kali)
|
1
|
Aluminium
|
0,5
|
0,0035
|
0,19
|
0,19
|
0,19
|
0,19
|
5
|
0,75
|
0,27
|
0,27
|
0,27
|
0,27
|
5
|
|||
1
|
0,31
|
0,31
|
0,31
|
0,31
|
5
|
|||
2
|
Tembaga
|
0,5
|
0,0032
|
0,21
|
0,21
|
0,21
|
0,21
|
5
|
0,75
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
41,6
|
5
|
|||
1
|
0,34
|
0,34
|
0,34
|
0,34
|
5
|
Massa Piringan =
0,09042 kg Diameter Piringan = 0,525 m
b. Analisis Data
1. Menentukan Konstanta Puntiran ( K )
Ø Kawat
Aluminium
Untuk panjang kawat 0,5 m
k = 4π2
I = ½ mr2
= ½ (0,09042 kg) . (0,0525 m)2
= ½ 0,09062 kg . 0,002756 m2
= 0,0000311525 kgm2
T =
=
=
0,038 s
k = 4π2
=
4 . (3,14)2 .
=
39,4384 .
= 0,850834745 Nm
Dengan
cara yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel
3.3 Penentuan Konstanta Puntir Untuk Kawat Aluminium
No
|
L (m)
|
D (m)
|
T ( s)
|
n
|
k ( kgm2/s2)
|
1
|
0,5
|
0,00035
|
0,038
|
5
|
0,830834
|
2
|
0,75
|
0,00035
|
0,034
|
5
|
0,421352
|
3
|
1
|
0,00035
|
0,062
|
5
|
0,319616
|
Ø Kawat Tembaga
Untuk panjang kawat 0,5 m
k = 4π2
I = ½ mr2
= ½ 0,09042 kg . (0,0525 m)2
= ½ 0,09042 kg . 0,002756 m2
= 0,0000311525 kgm2
T =
=
=
0,042 s
k = 4π2
=
4 . (3,14)2 .
=
39,4384 .
= 0,696488306 Nm
Dengan cara
yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Penentuan Konstanta Puntiran Kawat Tembaga
No
|
L (m)
|
D (m)
|
T(s)
|
n
|
k ( kg m2/s2)
|
1
|
0,5
|
0,0032
|
0,042
|
5
|
0,696488
|
2
|
0,75
|
0,0032
|
0,06
|
5
|
0,341279
|
3
|
1
|
0,0032
|
0,068
|
5
|
0,265781
|
2. Penentuan Modulus Geser ( M )
Ø Kawat Aluminium
Untuk panjang kawat 0,5 m
M =
=
=
= 28891053197 kg/ms2
Dengan cara
yang sama untuk data yang lain dapat dilihat pada Tabel 3.5
berikut ini.
Tabel 3.5
Penentuan
Modulus Geser Kawat Aluminium
No
|
L (m)
|
D (m)
|
T(s)
|
n
|
M (kg/ms2)
|
1
|
0,25
|
0,00035
|
0,038
|
5
|
28891053197
|
2
|
0,5
|
0,00035
|
0,054
|
5
|
21460226757
|
3
|
0,75
|
0,00035
|
0,062
|
5
|
16279401983
|
Ø Kawat Tembaga
Untuk panjang
kawat 0,5 m
M =
=
=
= 33845758438 kg/ms2
Dengan cara yang sama untuk data yang lain
dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini .
Tabel 3.6 Penentuan Modulus Geser Kawat Tembaga
No
|
L (m)
|
D (m)
|
T (s)
|
n
|
M (kg/ms2)
|
1
|
0,5
|
0,00032
|
0,42
|
5
|
33845758438
|
2
|
0,75
|
0,00032
|
0,06
|
5
|
24876632452
|
3
|
1
|
0,00032
|
0,068
|
5
|
25823493875
|
3. Grafik Hubungan antara Periode dengan Panjang Kawat
a.
Grafik Hubungan antara Periode aengan Panjang Kawat pada
Kawat Aluminium
Gambar
3.2 Grafik Hubungan antara Periode
dengan Panjang Kawat pada Kawat Aluminium
b.
Grafik Hubungan antara Periode dengan Panjang Kawat pada
Kawat Tembaga
Gambar 3.3 Grafik Hubungan antara Periode
dengan Panjang Kawat pada Kawat Tembaga
2. Pembahasan
Ayunan
puntir adalah sebuah piringan yang digantungkan pada sebuah kawat. Jika kawat
diberi simpangan maka akan terjadi gerakan berulang-ulang pada percobaan ayunan
puntIr, bukan pirangan yang mengalami puntiran tetapi kawatlah yang mengalami puntiran
sehingga kawat berpengaruh pada nilai konstanta puntiran dan modulus geser.
Pada
penentuan nilai konstanta puntiran kawat aluminium dan kawat tembaga. Untuk
kawat aluminium dengan panjang kawat 0,5 m, 0,75 m dan 1 m diperoleh besarnya
nilai konstanta puntir secara berturut-turut yaitu 0,850834743 Nm, 0,421352 Nm
dan 0,3192616 Nm. Sedangkan untuk
kawat tembaga dengan panjang 0,5 m, 0,75 cm dan 1 m diperoleh nilai konstanta
puntiran secara berturut-turut yaitu 0,696488 Nm, 0,341279 Nm dan 0,265701 Nm.
Pada
penentuan modulus geser kawat aluminium dan kawat tembaga. Untuk Kawat
aluminium dengan panjang kawat 0,5 m, 0,75 m dan 1 m diperoleh nilai modulus
geser secara berturut-turut yaitu , , dan 16279401983 . Sedangkan untuk kawat tembaga
dengan panjang kawat 0,5 m, 0,75 m dan 1 m diperoleh nilai modulus geser secara
berturut-turut yaitu , dan .
Dari grafik hubungan antara periode dan panjang
tali untuk kawat aluminium dan tembaga dapat dilihat bahwa besarnya periode dan panjang kawat
berbanding lurus, artinya semakin panjang kawat yang digunakan maka semakin
besar pula periodenya, begitupun sebaliknya semakin pendek kawat yang digunakan
maka semakin kecil pula periodenya.
Berdasarkan
besarnya nilai kostanta puntir dan modulus geser secara teori dengan besarnya
nilai kostanta puntir dan modulus geser secara praktek itu berbeda. Hal ini
karena besarnya nilai konstanta puntir dipengaruhi oleh besarnya periode
sedangkan pada besarnya nilai modulus geser dipengaruhi oleh panjang kawat yang
digunakan.
E.
Kesimpulan
1. Untuk kawat aluminium dengan panjang
kawat 0,5 m, 0,75 m dan 1 m diperoleh besarnya nilai konstanta puntir secara
berturut-turut yaitu 0,850834743 Nm, 0,421352 Nm dan 0,3192616 Nm. Sedangkan untuk kawat tembaga dengan
panjang 0,5 m, 0,75 cm dan 1 m diperoleh nilai konstanta puntiran secara
berturut-turut yaitu 0,696488 Nm, 0,341279 Nm dan 0,265701 Nm.
2. Untuk Kawat aluminium dengan panjang
kawat 0,5 m, 0,75 m dan 1 m diperoleh nilai modulus geser secara berturut-turut
yaitu , , dan 16279401983 . Sedangkan untuk kawat tembaga
dengan panjang kawat 0,5 m, 0,75 m dan 1 m diperoleh nilai modulus geser secara
berturut-turut yaitu , dan .
PENENTUAN
PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DAN PENENTUAN KONSTANTA PEGAS DENGAN METODE GERAK
OSILASI PADA PEGAS
A.
Pendahuluan
1.
Latar
Belakang
Mekanika merupakan cabang ilmu
fisika yang telah lama dirumuskan dengan konsisten oleh Newton. Bahkan mekanika
pernah dianggap sebagai landasan bagi semua cabang ilmu fisika. Walaupun
sekarang orang tak lagi berpendapat demikian, bahwa tak semua hal dapat
dimekanikakan, tetaplah menjadi kenyataan dengan banyaknya gejala yang berhasil
dikelaskan atas dasar mekanis. Prinsip utama dalam mekanika adalah pengakuan
bahwa gerak suatu benda dipengaruhi benda-benda sekitarnya. Seperti pada
pengaruh lingkungan yang dapat diamati dengan mudah, misalnya gerak pada bola
yang dijatuhkan. Pada peristiwa tersebut telah dipengaruhi oleh gaya gravitasi
dan percepatan grafitasi bumi.
Gaya gravitasi bumi adalah gaya
tarik menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam
semesta. Sedangkan percepatan gravitasi bumi adalah percepatan yang dialami
oleh benda yang jatuh bebas dengan ketinggian tertentu menuju permukaan bumi.
Berdasarkan eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan maka besar percepatan
gravitasi bumi adalah 9,8 m/s, yang merupakan nilai rata-rata gravitasi. Beberapa
metode yang digunakan untuk menentukan percepatan gravitasi bumi adalah dengan
memanfaatkan sistem pegas massa yang yang didalamnya berlaku konstanta pegas
dan elstisitas.
Penentuan percepatan gravitasi bumi
dan penentuan konstanta pegas. Pada kontanta pegas bukanlah besaran
karakteristik yang dipengaruhi melainkan dipengaruhi oleh jumlah dan geometri
lengkungan pegas. Karena itu, percobaan pengukuran percepatan gravitasi bumi
dan konstanta pegas dengan sistem pegas
massa harus memperhatikan keberlakuan hukum Hooke yang mengatur relasi gaya
luar dan perubahan panjang pegas.
Berdasarkan konteks diatas, maka
dapat dilakukan praktikum dengan topik percobaannya yaitu penentuan percepatan
gravitasi dan penentuan besarnya nilai konstanta pegas dengan metode gerak
osilasi pada pegas. Dengan demikian pentinya praktikum kali ini yaitu agar
dapat mengetahui besarnya nilai percepatan gravitasi bumi dan besarnya nilai
konstanta pegas dengan metode gerak osilasi pada pegas, baik pada pegas tunggal
satu, pegas tunggal dua, pegas tunggal satu dan dua disusun secara seri maupun
yang disusun secara paralel.
2.
Tujuan
Praktikum
Tujuan pada percobaan penentuan
percepatan gravitasi bumi dan penentuan besarnya nilai konstanta pegas dengan
metode gerak osilasi pada pegas yaitu sebaga berikut:
a. Menentukan
percepatan gravitasi bumi dengan metode gerak osilasi pada pegas.
b. Menentukan
besarnya nilai konstanta pegas dengan metode gerak osilasi pada pegas.
c. Menyelidiki
pengaruh pegas tunggal satu, pegas tunggal dua, pegas tunggal satu dan dua
disusun secara seri dan pegas tunggal satu dan dua disusun secara paralel.
d. Menyelidiki
pengaruh massa beban terhadap besarnya nilai konstanta pada pegas.
B.
Kajian
Teori
Percepatan gravitasi bumi adalah
percepatan yang dialami oleh benda yang jatuh bebas dari ketinggian tertentu
menuju permukaan bumi. Berdasarkan literature, nilai rata-rata percepatan gravitasi
adalah 9,8 m/s. Arah percepatan gravitasi bumi adalah menuju pusat
bumi atau tegak lurus menuju permukaan tanah. Besarnya percepatan gravitasi
bumi dibeberapa tempat bisa saja tidak tepat sama, hal ini disebabkan adanya perbedaan
kerapatan massa dan jarak suatu tempat dari pusat bumi (Afifah, 2015).
Pengukuran percepatan gravitasi bumi
lokal dengan pemanfaatan osilasi pegas-massa, pada penetuan konstanta pegas
dipengaruhi oleh jumlah dan geometri lengkungan pegas, sehingga pengukuran
percepatan gravitasi bumi dengan sistem pegas-massa tersebut harus
memeperhatikan keberlakuan hukum Hooke yang mengatur gaya luar dan perubahan
panjang pegas (widyaningrum, 2015).
Pegas
(spring) Hooke adalah pegas yang
memenuhi hukum Hooke. Apabiala pegas demikian ditarik sebanyak x, gaya pemulih yang dilakukan adalah . Disini k adalah suatu konstanta positif disebut
tetapan pegas (spring constant).
Suatu k adalah Nm, k mengambarkan kakunya suatu pegas.
Hampir semua pegas memenuhi hukum Hooke diatas, selama simpangan x tidak terlalu besar dengan catatan
bila pegas ditekan, maka x adalah
negatif. Energi potensial elastis yang tersimpan dalam pegas hukum Hooke
apabila panjang x berubah sebanyak x dari panjang keseimbangan adalah 1/2 kx2 (Bueche, 1989).
Setiap
benda memiliki sifat kepegasan atau kelentingan. Kelentingan adalah sifat yang
dimiliki oleh suatu benda untuk kembali ke keadaan semula ketika gaya yang
bekerja padanya dihilangkan. Batas kelentingan terjadi bila gaya yang diberikan
pada benda diperbesar hingga suatu harga tertentu, lalu gaya tersebut
dihilangkan dan ternyata benda tidak dapat kembali ke keadaan semula. Benda
yang tidak elastis adalah benda yang memiliki batas kelentingan kecil.
Sebaliknya, benda elastis merupakan benda yang memiliki batas kelentingan yang
besar (Zemansky, 1999).
Ketika sebuah benda bergantung pada
sebuah pegas dengan arah vertical, maka ada suatu gaya mg kebawah disamping
gaya pegas Fs = -ky. Dengan anggapan bahwa y
diukur kearah bawah dari posisi pegas tak teregang. Seperti pada persamaan
Hukum II Newton yaitu
……………………(4.1)
Dengan
adanya konstanta mg, maka dapat
menangani suku tambahan ini dengan berubah ke variable baru . Dengan y
adalah besar regangan pegas ketika benda dalam kesetimbangan, sehingga
persamaan menjadi
atau ………………………………………(4.2)
Jadi pengaruh gaya gravitasi bumi mg semata-mata hanya bergeser posisi
kesetimbangannya (Tipler, 1998).
C.
Metode
Praktikum
1.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan pada percobaan ini yaitu
dapat dilihat pada Tabel4.1 berikut.
Tabel 4.1 Alat dan Bahan
pada Percobaan Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi dan Penentuan Konstanta
pegas Dengan Metode Gerak Osilasi pada Pegas.
No
|
Alat
dan bahan
|
Fungsi
|
1
|
Beban tambahan
|
Sebagai pemberat
|
2
|
Jepit penahan
|
Untuk menjepit batang statif
pendek
|
3
|
Mistar
|
Untuk mengukur panjang pegas
|
4
|
Satu Set Statif
|
Sebagai tempat untuk
menggantungkan pegas
|
5
|
Stopwatch
|
Untuk mengukur waktu osilasi
pegas
|
6
|
Pegas
|
Sebagai
objek pengamatan
|
2.
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja pada percobaan
Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi dan Penentuan Konstanta pegas Dengan Metode
Gerak Osilasi pada Pegas ini yaitu sebagai berikut:
a. Penentuan
percepatan grafitasi bumi dengan metode gerak osilasi pada pegas
1)
Menyediakan semua
peralatan dan bahan yang akan digunakan.
2)
Menyusun alat-alat
seperti Gambar 4.1 berikut
Gambar 4.1 Rangkaian Pegas
3)
Menggantungkan pegas
pada statif yang telah disediakan.
4)
Mengukur panjang pegas
sebelum diberi beban (y0)
5)
Menggantungkan sebuah
beban dengan massa 0,1 kg pada pegas. Kemudian
mengamati pertambahan panjangnya.
6)
Mengukur panjang pegas
setelah diberi beban (yt)
7)
Mengukur pertambahan
panjang pegas setelah diberi beban (∆y)
8)
Melepaskan beban yang
berada ditelapak tangan sehingga beban tersebut akan berputar bersamaan dengan
menekan stopwatch.
9)
Menghitung jumlah waktu
yang diperlukan dengan getaran 10 kali.
10)
Mengulangi langkah (3)-(9) untuk masing-masing
massa sebesar 0,15 kg dan 0,2 kg.
b.
Penentuan konstanta
pegas dengan metode gerak osilasi pada pegas, yaitu
1) Eksperimen
pegas tunggal satu
a)
Menggantung pegas
tunggal satu pada statif yang tersedia.
b)
Menggantung beban (m = 0,1 kg) pada pegas, kemudian
melepaskan bersamaan dengan menekan tombol stopwatch.
c)
Mengukur waktu untuk 10
kali getaran dengan mengunakan stopwatch
sebanyak 3 kali pengukuran secara bersamaan, setelah pegas tersebut berhenti
berayun, lalu mengamati pertambahan panjangnya (∆y).
d)
Mengulangi langkah (b) sampai (c) untuk beban 0,15
kg dan 0,2 kg.
e)
Menentukan waktu
rata-rata yang diperlukan beban.
2) Eksperimen
pegas tunggal dua
a)
Menggantungkan pegas
tunggal dua pada statif yang tersedia.
b)
Menggantungkan beban (m =0,1 kg) pada pegas, kemudian melepaskan
bersamaan dengan menekan tombol stopwatch.
c)
Mengukur waktu untuk 10
kali getaran dengan menggunakan stopwatch
sebanyak 3 kali pengukuran secara bersamaan, setelah pegas tersebut berhenti
berayun, lalu mengamati pertambahan
panjangnya (∆y).
d)
Mengulangi langkah (b) sampai (c) untuk beban 0,15
kg dan 0,2 kg.
e)
Menentukan waktu
rata-rata yang diperlukan beban.
3)
Eksperimen pegas
tunggal satu dan dua disusun secara seri
a)
Menggantungkan pegas
tunggal dua pada statif yang tersedia.
b)
Menggantungkan beban (m =0,1 kg) pada pegas, kemudian melepaskan
bersamaan dengan menekan tombol stopwatch.
c)
Mengukur waktu untuk 10
kali getaran dengan menggunakan stopwatch
sebanyak 3 kali pengukuran secara bersamaan, setelah pegas tersebut berhenti
berayun, lalu mengamati pertambahan
panjangnya (∆y).
d)
Mengulangi langkah (b) sampai (c) untuk beban 0,15
kg dan 0,2 kg.
e)
Menentukan waktu
rata-rata yang diperlukan beban.
4)
Eksperimen pegas
tunggal satu dan dua disusun secara paralel
a)
Menggantungkan pegas
tunggal dua pada statif yang tersedia.
b)
Menggantungkan beban (m =0,1 kg) pada pegas, kemudian melepaskan
bersamaan dengan menekan tombol stopwatch.
c)
Mengukur waktu untuk 10
kali getaran dengan menggunakan stopwatch
sebanyak 3 kali pengukuran secara bersamaan, setelah pegas tersebut berhenti
berayun, lalu mengamati pertambahan
panjangnya (∆y).
d)
Mengulangi langkah (b) sampai (c) untuk beban 0,15
kg dan 0,2 kg.
e) Menentukan
waktu rata-rata yang diperlukan beban.
D.
Hasil
dan Pembahasan
1.
Hasil
a. Data
Pengamatan
Data pengamatan pada percobaan ini yaitu dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.
1)
Pegas tunggal satu
Tabel 4.2 Data Pengamatan Penentuan Konstanta
Pegas dengan Metode
Gerak Osilasi
pada Pegas Pegas
Tunggal Satu
No
|
m
(Kg)
|
n
(kali)
|
∆y
(m)
|
Waktu (s)
|
ṫ
(s)
|
||
(s)
|
(s)
|
(s)
|
|||||
1
|
0,1
|
10
|
0,055
|
6,4
|
6,6
|
6,3
|
6,433
|
2
|
0,15
|
10
|
0,1
|
7,8
|
7,5
|
7,9
|
7,733
|
3
|
0,2
|
10
|
0,152
|
8,9
|
9,1
|
9,3
|
9,1
|
2)
Pegas tunggal dua
Tabel 4.3 Data Pengamatan Penentuan Konstanta
Pegas dengan Metode
Gerak Osilasi
pada Pegas Pegas
Tunggal Dua
No
|
m
(Kg)
|
n
(kali)
|
∆y
(m)
|
Waktu (s)
|
ṫ
(s)
|
||
(s)
|
(s)
|
(s)
|
|||||
1
|
0,1
|
10
|
0,051
|
6,3
|
6,4
|
6,4
|
6,367
|
2
|
0,15
|
10
|
0,101
|
7,8
|
7,9
|
7,9
|
7,867
|
3
|
0,2
|
10
|
0,149
|
8,9
|
8,9
|
9
|
8,9
|
3)
Pegas tunggal satu dan
dua disusun secara seri
Tabel 4.4 Data
Pengamatan Penentuan
Konstanta Pegas
dengan Metode Gerak Osilasi
pada Pegas Pegas
Tunggal Satu dan Dua
disusun Secara Seri
No
|
m
(Kg)
|
n
(kali)
|
∆y
(m)
|
Waktu (s)
|
ṫ
(s)
|
||
(s)
|
(s)
|
(s)
|
|||||
1
|
0,1
|
10
|
0,14
|
9,3
|
9,4
|
9,5
|
9,4
|
2
|
0,15
|
10
|
0,236
|
11
|
11
|
11
|
11
|
3
|
0,2
|
10
|
0,335
|
12,6
|
12,5
|
12,5
|
12,533
|
4)
Pegas tunggal satu dan
dua secara paralel
Tabel 4.5 Data Pengamatan Penentuan Konstanta
Pegas dengan Metode
Gerak Osilasi
pada Pegas Pegas
Tunggal Satu dan Dua
disusun Secara Paralel
No.
|
m
(Kg)
|
n
(kali)
|
∆y
(m)
|
Waktu (s)
|
ṫ
(s)
|
||
(s)
|
(s)
|
(s)
|
|||||
1.
|
0,1
|
10
|
0,007
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2.
|
0,15
|
10
|
0,032
|
5
|
5
|
5
|
5
|
3.
|
0,2
|
10
|
0,052
|
6
|
6
|
6
|
6
|
b. Analisis
Data
1. Penentuan
percepatan gravitasi bumi dengan metode gerak osilasi pada pegas
a) Secara
Teori
1) Menentukan
Frekuensi (f)
Hz
2) Menentukan
Periode (T)
s
3) Menentukan
Nilai Konstanta Pegas (k)
kg/s
4) Menentukan
Percepatan Gravitasi Bumi (g)
=5,24095 m/s
Dengan cara yang sama
untuk data selanjutnya untuk pegas tunggal satu dan untuk data pada pegas
tunggal dua, pegas tunggal satu dan dua disusun seri serta pegas tunggal satu
dan dua disusun paralel dapat dilihat pada table-tabel dan grafik-grafik
hubungan antara m dan ∆y
berikut.
Tabel
4.6
Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi dengan
Metode
Gerak Osilasi pada Pegas tunggal satu
No
|
m
(kg)
|
n
(kali)
|
ṫ
(s)
|
∆y
(m)
|
f
(Hz)
|
T
(s)
|
g
(m/)
|
1
|
0,1
|
10
|
6,433
|
0,055
|
1,554
|
0,643
|
5,241
|
2
|
0,15
|
10
|
7,733
|
0,1
|
1,293
|
0,773
|
6,595
|
3
|
0,2
|
10
|
9,1
|
0,152
|
1,099
|
0,91
|
7,239
|
Gambar
4.2
Grafik Hubungan antara m dan ∆y pada Pegas Tunggal Satu
Tabel
4.7
Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi dengan
Metode Gerak Osilasi pada Pegas Tunggal Dua
No
|
m
(kg)
|
n
(kali)
|
ṫ
(s)
|
∆y
(m)
|
f
(Hz)
|
T
(s)
|
g
(m/)
|
1
|
0,1
|
10
|
6,367
|
0,051
|
1,571
|
0,637
|
4,962
|
2
|
0,15
|
10
|
7,867
|
0,101
|
1,271
|
0,787
|
6,437
|
3
|
0,2
|
10
|
8,9
|
0,149
|
1,124
|
0,89
|
7,419
|
Gambar 4.3
Grafik Hubungan antara m dan ∆y pada Pegas Tunggal Dua
Tabel
4.8
Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi dengan
Metode
Gerak Osilasi pada Pegas Tunggal Satu dan Dua Disusun Secara Seri
No
|
m
(kg)
|
n
(kali)
|
ṫ
(s)
|
∆y
(m)
|
f
(Hz)
|
T
(s)
|
g
(m/)
|
1
|
0,1
|
10
|
9,4
|
0,14
|
1,064
|
0,94
|
6,249
|
2
|
0,15
|
10
|
11
|
0,236
|
0,909
|
1,1
|
7,692
|
3
|
0,2
|
10
|
12,533
|
0,335
|
0,798
|
1,253
|
8,411
|
Gambar
4.4
Grafik Hubungan antara m dan ∆y pada Pegas Tunggal Satu dan Dua
Disusun Secara Seri
Tabel
4.9
Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi dengan
Metode
Gerak Osilasi pada Pegas Tunggal Satu dan Dua Disusun Secara Paralel
No
|
m
(kg)
|
n
(kali)
|
ṫ
(s)
|
∆y
(m)
|
f
(Hz)
|
T
(s)
|
g
(m/)
|
1
|
0,1
|
10
|
3
|
0,007
|
3,33
|
0,3
|
3,067
|
2
|
0,15
|
10
|
5
|
0,032
|
2
|
0,5
|
5,048
|
3
|
0,2
|
10
|
6
|
0,052
|
1,67
|
0,6
|
5,697
|
Gambar 4.5
Grafik Hubungan antara m dan ∆y pada Pegas Tunggal Satu dan Dua
Disusun Secara Paralel
2.
Penentuan Konstanta
Pegas dengan Metode Gerak Osilasi pada Pegas (k)
a)
Secara Teori
kg/s
Dengan
cara yang sama untuk data selanjutnya untuk pegas tunggal satu dan untuk data
pada pegas tunggal dua, pegas tunggal satu dan dua disusun seri serta pegas
tunggal satu dan dua disusun paralel dapat dilihat pada table-tabel barikut.
Tabel
4.10 Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi
dengan
Metode
Gerak Osilasi pada Pegas tunggal satu
No
|
m
(kg)
|
n
(kali)
|
ṫ
(s)
|
∆y
(m)
|
f
(Hz)
|
T
(s)
|
k
(kg/)
|
1
|
0,1
|
10
|
6,433
|
0,055
|
1,554
|
0,643
|
9,5289
|
2
|
0,15
|
10
|
7,733
|
0,1
|
1,293
|
0,773
|
9,8918
|
3
|
0,2
|
10
|
9,1
|
0,152
|
1,099
|
0,91
|
9,5250
|
Tabel 4.11 Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi
dengan
Metode
Gerak Osilasi pada Pegas Tunggal Dua
No
|
m
(kg)
|
n
(kali)
|
ṫ
(s)
|
∆y
(m)
|
f
(Hz)
|
T
(s)
|
k
(kg/)
|
1
|
0,1
|
10
|
6,367
|
0,051
|
1,571
|
0,637
|
9,7296
|
2
|
0,15
|
10
|
7,867
|
0,101
|
1,271
|
0,787
|
9,5594
|
3
|
0,2
|
10
|
8,9
|
0,149
|
1,124
|
0,89
|
9,9579
|
Tabel
4.12 Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi
dengan
Metode
Gerak Osilasi pada Pegas Tunggal Satu dan Dua Disusun Secara Seri
No
|
m
(kg)
|
n
(kali)
|
ṫ
(s)
|
∆y
(m)
|
f
(Hz)
|
T
(s)
|
k
(kg/)
|
1
|
0,1
|
10
|
9,4
|
0,14
|
1,064
|
0,94
|
4,4634
|
2
|
0,15
|
10
|
11
|
0,236
|
0,909
|
1,1
|
4,8891
|
3
|
0,2
|
10
|
12,533
|
0,335
|
0,798
|
1,253
|
5,0213
|
Tabel
4.13
Penentuan Percepatan Gravitasi Bumi dengan
Metode
Gerak Osilasi pada Pegas Tunggal Satu dan Dua Disusun Secara Paralel
No
|
m
(kg)
|
n
(kali)
|
ṫ
(s)
|
∆y
(m)
|
f
(Hz)
|
T
(s)
|
K
(kg/)
|
1
|
0,1
|
10
|
3
|
0,007
|
3,33
|
0,3
|
43,8204
|
2
|
0,15
|
10
|
5
|
0,032
|
2
|
0,5
|
23,6630
|
3
|
0,2
|
10
|
6
|
0,052
|
1,67
|
0,6
|
21,9102
|
b)
Secara Praktek
=14,7931
N/m
Dengan cara yang sama
untuk data selanjutnya untuk pegas tunggal satu dan untuk data pada pegas
tunggal dua, pegas tunggal satu dan dua disusun seri serta pegas tunggal satu dan
dua disusun parallel dapat dilihat pada grafik-grafik dan table-tabel hubungan
antara m dan berikut.
Gambar
4.6
Grafik Hubungan antara m dan pada Pegas
Tunggal Satu
Tabel
4.14
Penentuan Konstanta Pegas dengan Metode Gerak Osilasi pada Pegas tunggal satu
k (N/m)
|
||
39,4384
|
2,666
|
14,7931
|
Gambar 4.7
Grafik Hubungan antara m dan pada Pegas
Tunggal Dua
Tabel
4.15
Penentuan Konstanta Pegas dengan Metode Gerak Osilasi pada Pegas tunggal Dua
k (N/m)
|
||
39,4384
|
3,867
|
10,19871
|
Gambar 4.8
Grafik Hubungan antara m dan pada Pegas
Tunggal Satu dan Dua Disusun Secara Seri
Tabel
4.16
Penentuan Konstanta Pegas dengan Metode Gerak Osilasi pada Pegas tunggal Satu
dan Dua Disusun Secara Seri
t
|
k (N/m)
|
|
39,4384
|
6,872
|
5,7389
|
Gambar 4.9
Grafik Hubungan antara m dan pada Pegas
Tunggal Satu dan Dua Disusun Secara Parale
Tabel
4.17 Penentuan Konstanta Pegas dengan Metode Gerak
Osilasi pada Pegas tunggal Satu dan Dua Disusun Secara Paralel
k (N/m)
|
||
39,4384
|
2,7
|
14,60681
|
Ø Penentuan
Konstanta Pegas Secara seri
1. Secara
Teori
a.
= 4,814127 N/m
b.
= 4,861381 N/m
c.
= 4,868337 N/m
Ø Penentuan
konstanta Pegas secara Paralel
1.
Secara Teori
a.
Kp1 =
=
= N/m
b.
Kp2 =
=
= N/m
c.
Kp3 =
=
= N/m
2.
Pembahasan
Percepatan gravitasi bumi adalah
percepatan yang dialami oleh benda yang jatuh bebas dengan ketinggian tertentu
menuju permukaan bumi. Besarnya nilai percepatan gravitasi bumi adalah 9,8 m/s, yang merupakan nilai rata-rata dari percepatan
gravitasi. Pada percepatan gravitasi bumi sangat memerhatikan keberlakuan hukum
Hooke yang mengatur relasi gaya luar dan perubahan panjang pegas. Berdasarkan
hukum Hooke yang menyatakan bahwa, apabila sebuah pegas dikenai sebuah gaya
sebesar F maka pegas akan mengalami pertambahan panjang
sebesar ∆x. Pada pegas berlaku gaya
elastisitas. Elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali kebentuk
awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan.
Pada percobaan kali ini kita dituntun
untuk menentukan percepatan gravitasi bumi dengan metode gerak osilasi pada
pegas, menentukan besarnya nilai konstanta pegas dengan metode gerak osilasi
pada pegas, menyelidiki pengaruh pegas tunggal satu, pegas tunggal dua, pegas
tunggal satu dan dua yang disusun secara seri dan pegas tunggal satu dan dua
yang disusun secara paralel terhadap periode osilasi serta menyelidiki pengaruh
massa benda terhadap besarnya nilai konstanta pegas.
Pertama-tama kita akan
menentukan besarnya percepatan gravitasi bumi dengan metode gerak osilasi pada
pegas. Setiap gerak yang berulang dalam
selang waktu yang sama disebut gerak periodik atau gerak harmonik. Jika suatu
partikel dalam gerak periodik bergerak bolak-balik melalui lintasan yang sama
dan melewati titik kesetimbangan maka disebut gerak osilasi. Jika sebuah sistem fisis berosilasi dibawah
pengaruh gaya F = -kx , dimana F adalah gaya-pemulih, k konstanta-gaya dan x simpangan, maka gerak benda ini adalah
gerak harmonik sederhana.
Diberikan getaran
sebanyak 10 kali pada pegas dan menghitung waktu selama pegas tersebut
berosilasi. Setelah itu menetukan besarnya nilai frekuensi (f) dan periode (T) osilasi pada tahap analisis data. Disini kita menggunakan beban
sebagai penghasil gaya sehingga pegas dapat berosilasi. Dengan memvariasikan
besar beban yang digantungkan pada pegas tunggal satu maka percepatan gravitasi
yang diperoleh pada percobaan ini berturut-turut adalah 5,24095 m/s2,
6,55946 m/s2
dan 7,23902 m/s2.
Pada pegas tunggal dua diperolah nilai percepatan gravitasi secara
berturut-turut yaitu 4,9621 m/s2, 6,4366 m/s2 dan 7,4187 m/s2.
Sedangkan pada pegas tunggal satu dan dua disusun secara seri diperoleh nilai
percepatan gravitasi berturut-turut yaitu 6,24873 m/s2, 7,6921 m/s2
dan 8,4107 m/s2. Dan pada pegas tunggal satu dan dua disusun
secara paralel diperoleh nilai percepatan gravitasi berturut-turut yaitu
3,067431 m/s2 , 5,648115 m/s2 dan 5,696658 m/s2 .
Hasil-hasil tersebut sedikit berbeda dengan percepatan gravitasi yang aslinya
yaitu sebesar 9,8 m/s2. Hal ini disebabkan kurangnya ketelitian saat
melakukan praktikum.
Kemudian pada penentuan
nilai konstanta pada pegas disini digunakan dua buah pegas tunggal kemudian dua
buah pegas ini disusun secara seri dan paralel. Berdasarkan analisis data,secara
teori konstanta pada pegas tunggal satu diperoleh nilai berturut-turut adalah 9,5285kg/s2,
9,8918 kg/s2, dan 9,52503 kg/s2,
pada pegas tunggal dua secara berturut-turut 9,7296
kg/s2, 9,5594 kg/s2, dan 9,9579 kg/s2.
Pada percobaan ini, pertambahan panjang pegas tunggal dua lebih besar
dibandingkan pertambahan panjang pegas satu, dimana kita kembali mengingat
bahwa setiap pegas memiliki sifat elastisitas yang berbeda. Pada hal ini
semakin besar massa beban maka semakin besar pertambahan panjang pegas sehingga
semakin banyak pula waktu yang diperlukan untuk berosilasi. Semakin banyak
waktu yang diperlukan untuk berosilasi maka semakin besar nilai konstanta
pegas.
Pada pegas tunggal satu
dan dua yang disusun secara seri diperoleh nilai konstanta berturut-turut yaitu
4,4634
kg/s2, 4,8591kg/s2 dan 5,0213 kg/s2 dan
24,9762561 kg/s2 pada
pegas tunggal satu dan dua yang disusun secara parallel diperoleh nilai
konstanta pegas berturut-turut yaitu 43,82044 kg/s2,
23,66304 kg/s2
dan 21,91022. Sedangkan secara praktek konstanta pegas yang diperoleh pada pegas
tunggal satu dan dua yang disusun secara seri diperoleh nilai berturut-turut yaitu 4,814127 N/m, 4,861381
N/m, dan 4,868337 N/m dan 21,033386 kg/s2.
Pada pada pegas tunggal satu dan dua yang disusun secara paralel diperoleh
nilai berturut-turut yaitu 19,2585 N/m,
19,4512 N/m dan 19,48297 N/m.
Berdasarkan uraian
pembahasan tentang analisis maka dapat diketahui perbedaan antara teori dan
praktek yaitu memiliki perbedaan yang relatif sedikit. Dengan kesimpulan dari grafik bahwa pengaruh
massa beban terhadap besarnya nilai konstanta pegas yaitu berbanding lurus.
Dimana semakin besar massa beban maka nilai konstanta pegas akan semakin besar
pula.
Comments
Post a Comment