LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN MOMEN KELEMBAMAN BENDA PUTAR DENGAN METODE TRIPILAR PADA BENDA BERBENTUK BOLA



PENENTUAN MOMEN KELEMBAMAN BENDA PUTAR DENGAN METODE TRIPILAR PADA BENDA BERBENTUK BOLA

A.      Pendahuluan     
1.    Latar Belakang
             Gejala-gejala fisika sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkaitan dengan rotasi benda tegar.  Kita pasti kenal dengan permainan gasing. Permainan tersebut melibatkan perputaran selama beberapa saat belum berhenti. Gasing disini merupakan salah satu contoh rotasi benda tegar. Ketika suatu objek seperti satu roda yang berputar di sekitar porosnya. Hal ini di kenal juga sebagai momen inersia.
                      Besarnya momen inersia bergantung pada berbagai bentuk benda. Pada penentuan momen inersia bentuk tertentu seperti bola silinder pejal, bola berongga, plat segiempat, atau bentuk yang lain cenderung lebih mudah dari pada momen inersia benda yang memiliki bentuk yang tidak beraturan. Pada penentuan momen kelembaman benda putar pada benda berbentuk bola  menggunakan metode tripilar. Metode tripilar merupakan salah satu cara yang di gunakan untuk menentukan momen kelembaman benda tegar dengan menggunakan tiga tali (Sutarno, 2013).
Penelitian yang telah dilakukan oleh dosen FITK yang bernama Sri Jumini pada tahun 2013, dalam penelitiannya yaitu untuk membuktikan bahwa variasi panjang poros berpengaruh terhadap kecepatan sudut, semakin besar  panjang poros suatu benda maka kecepatan sudut suatu benda semakin kecil. Momen inersia dapat di tinjau sebagai penjumlahan dari tiap-tiap massa bentuk benda, momen inersia pada benda yang bentuknya beraturan bergantung pada sumbu rotasi dan bergantung pada massa partikel dan kuadarat jarak.
Meskipun beberapa ahli telah melakukan penelitian, akan tetapi kita belum mengetahui akurasi metode tripilar dalam menentukan momen kelembaman untuk boa pejal dan bola berongga dan desain eksperimen untuk menentukan momen kelembaman yang menggunakan metode tripilar yang dapat memberikan tingkat kesalahan yang relatif kecil. Oleh karena itu untuk mengetahui semua kekurangan tersebut maka perlu di lakukan praktikum ini.

2.        Tujuan Praktikum
           Tujuan praktikum yang di lakukan pada percobaan penentuan momen kelembaman benda putar dengan metode tripilar pada benda berbentuk bola yaitu sebagai berikut.
a.    Untuk mengetahui akurasi metode tripilar dalam menentukan nilai momen kelembaman secara eksperimental untik bola pejal dan bola berongga.
b.    Untuk mengetahui adanya desain eksperimen untuk menentukan momen kelembaman yang menggunakan metode tripilar dapat memberikan tingkat kesalahan yang relatif kecil.



B.       Kajian Teori
Momen inersia  adalah ukuran resistansi atau kelembaman sebuah benda terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Momen inersia ini bergantung  pada distribusi massa benda relatif terhadap sumbu rotasi benda. Momen inersia adalah sifat benda dan sumbu rotasi, seperti massa  m yang  mengukur kelembamannya terhadap perubahan dalam gerak translasi. Momen inersia dapat memiliki oleh setiap benda, manusia pun memiliki mmomen inersia tertentu, besarnya momen inersia bergantung pada berbagai bentuk benda pusat rotasi, jari-jari rotasi dan massa benda (Tipler, 2001).
Jika gaya-gaya distribusikan terus-menerus di atas permukaan tempat gaya-gaya tersebut bekerja, maka sering diperlukan untuk menghitung momen gaya ini terdapat suatu sumbu yang terletak pada atau tegak lurus terhadap bidang permukaan. Intensitas gaya sering sebanding dengan jarak gaya dan sumbu momen. Gaya elementer yang bekerja pada elemen momen sebanding dengan kuadrat jarak dikalikan luas di ferensial. Karena itu kita lihat bahwa momen total mencakup suatu integral berbentuk ∫t2d. Integral ini dikenal sebagai momen inersia (momen of inertia) atau momen kedua (second momen) dari luas permukaan. Integral merupakan fungsi geometri permuaan dan sering di temui dalam penerapan mekanika sehingga bermanfaat untuk mengembangkan sifat-sifatnya secara rinci dan untuk menjadikan siap pakai bila di temukan keperluan akan pekerjaan integral
(Sutarno, 2013 ).
Makin besar momen inersia suatu benda, semakin sulit benda itu berputar atau berotasi. Sebaliknya, benda yang berputar juga sulit dihentikan jika momen inersianya besar. Pada penentuan momen inersia bentuk bola , silinder pejal, plat segiempat atau bentuk yang lain cenderung lebih mudah dari pada momen inersia benda yang memiliki bentuk tidak sempurna atau tidak beraturan. Bentuk yang tidak beraturan  ini tidak bisa di hitung jari-jarinya sehingga terdapat istilah jari-jari girasi. Benda tegar dengan bentuk sembarang digantungkan pada suatu poros yang tetap di 0, jka di beri simpangan kecil kemudian dilepas, akan berosilasi dengan peiode ayunan T sebesar :
                                    T  ................................................................ ( 7.1)
Dengan I adalah momen kelembaman atau momen inersia, m adalah massa benda, g percepatan gravitasi bumi, dan l jarak putar dari sumbu putar ke pusat massa (Hasria , 2013).
Jika benda tegar terdiri atas sedikit partikel, kita dapat menghitung inersia rotasinya terhadap sumbu yang diberikan dengan persamaan , artinya kita dapat menentukan perkalian mr² untuk masing-masing partikel dan kemudian menjumlahkan perkalian tersebut. (Ingatlah bahwa r adalah jarak tegak lurus partikel dari sumbu rotasi yang diberikan). Jika benda tegar terdiri atas banyak partikel yang berdekatan (kontinu, seperti Frisbee), menggunakan persamaan  akan memerlukan komputer. Oleh karena itu, kita mengganti penjumlahan dalam persamaan tersebut dengan integral dan membatasi inersia rotasi benda sebagai
                                           I=  .…………………………………………….....(7.2)    
(Halliday, 2010).
Anggap sebuah bola pejal berjari-jari R, momen inersia bola ini (dengan analisa dimensi) boleh ditulis sebagai
                                            = ………....…………………………….......(7.3)
Dengan c adalah konstanta dan m adalah massa bola.
 Gambar 7.1. Bola Pejal yang Berputar Terhadap
Sumbu z           















Sekarang kita tinjau bola berongga dengan jari-jari rongga r dan massanya m
Gambar 7.2. Bola pejal berongga

Dengan prinsip super posisi momen inersia bola ini sama dengan momen inersia bola besar dikurangi dengan momen inersia bola kecil.
                             -
                                 = C R² - C      ……………………………(7.4)
Dengan menulis massa bola besar   dan massa bola kecil sebagai   = kita peroleh :
...(7.5)
Selanjutnya ambil r = R dan gunakan persamaan untuk memperoleh persamaan :
                    ……………………………………….......... (7.6)
Dari persamaan 6 kita peroleh c = 2/5, sehingga momen inersia bola bermassa m dan jari-jari R yang berputar terhadap sumbu yang melalui pusat massanya adalah :
 (bola pejal)……………………………………… (7.7)
(Surya, 2013).
C. Metode Praktikum
1.   Alat dan Bahan
                                    Alat dan bahan yang di gunakan pada percobaan kali ini dapat di lihat pada Tabel 7.1 berikut.
Tabel 7.1 Alat dan Bahan Pada Percobaan Penentuan Momen Kelembaman Benda Putar dengan Metode Tripilar Pada Benda Berbebtuk Bola
No.
Alat dan Bahan
Fungsi
1.
Bola Pejal Kayu
Sebagai objek pengamatan
2.
Bola Berongga
Sebagai objek pengamatan
3.
Benang
Untuk mengantungkan bola
4.
Busur Derajat
Untuk mengatur simpangan
5.
Mistar
Untuk mengukur panjang tali
6.
Stand Penyangga
Sebagai penyangga rangkaian
7.
Stopwatch
Sebagai pengukur osilasi
8.
Tasi
Untuk menggantungkan bola






 
2. Prosedur Kerja
 Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan penentuan momen kelembaman benda putar dengan metode tripilar pada benda berbentuk bola yaitu sebagai berikut. 
Gambar 7.3 Rangkaian Alat Benda Putar dengan Metode Tripilar Pada Bola Pejal dan Bola Berongga

a.    Menyediakan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam penelitian.
b.    Menyusun / merangkai alat dan bahan seperti pada gambar diatas.
c.    Menentukan jari-jari pusat sumbu alam dengan lubang.
d.   Mengukur panjang tali L yang di gunakan.
e.    Menyimpangkan lempengan dengan sudut θ yang kecil, dan setelah terjadi osilasi yang baik (sempurna), maka selanjutnya menghitung periode osilasi untuk 2 kali putaran. Kemudian mengulangi untuk beberapa panjang tali yang berbeda.
f.     Penelitian ini di lanjutkan untuk berbagai panjang tali.
g.    Mengumpulkan data  hasil penelitian.
D. Hasil dan Pembahasan
1.    Hasil
a.        Data Pengamatan
Data pengamatan pada percobaan penentuan momen kelembaman benda putar dengan metode tripilar pada benda berbentuk bola dapat dilihat pada Tabel 7.2 dan 7.3 berikut.
              Tabel 7.2 Data Pengamatan Untuk Bola Pejal Kayu
No.
Jenis Tali
L (m)
n( kali)
t1  (s)
   t2 (s)
    t3 (s)
θ (°)
1..
Benang
0,6
2
21
12
21
15
2.
Benang
0,4
2
15
15
15
15
3.
Benang
0,2
2
13
13
13
15
4.
Tasi
0,6
2
30
30
30
15
5.
Tasi
0,4
2
26
26
26
15
6.
Tasi
0,2
2
14
14
14
15


  Tabel 7.3 Data Pengamatan Untuk Bola Berongga
No.
Jenis Tali
L (m)
n( kali)
t1  (s)
t2 (s)
t3 (s)
θ (°)
1..
Benang
0,6
2
30
30
30
15
2.
Benang
0,4
2
25
25
25
15
3.
Benang
0,2
2
13
13
13
15
4.
Tasi
0,6
2
24
24
24
15
5.
Tasi
0,4
2
22
22
22
15
6.
Tasi
0,2
2
13
13
13
15


b.      Analisis Data
Adapun analisis data pada Percobaan Penentuan Momen Kelembaman Benda Putar dengan Metode Tripilar Pada Benda Berbentuk Bola yaitu sebagai berikut.
1.      Bola Pejal
a)      Menentukan Momen Inersia Secara Teori
                  
       = 0,062899
b)      Menentukan Momen Inersia Secara Praktek
·   Untuk Benang
                           
                     

·      Untuk Tasi

c)      Menentukan Kesalahan Relatif ( KSR )
·           Untuk Benang
 
·           Untuk Tasi
   
   
d) Grafik Hubungan antara Periode dengan Panjang Tali           
Gambar 7.4 Grafik Hubungan Antara Dengan L (m) Untuk Bola Pejal

2.      Bola Berongga
a)      Menentukan Momen Inersia Secara Teori


b)      Menentukan Momen Inersia Secara Praktek
·           Untuk Benang
  
                
·           Untuk Tasi

 
    
c)      Menentukan Angka Kesalahan Relatif ( KSR )
·           Untuk benang

        

·           Untuk Tasi
                                   
                                     
        

d)     Grafik Hubungan antara Periode dengan Panjang Tali

                    
Gambar 7.5 Grafik Hubungan Antara Dengan L (m)    Untuk Bola Berongga






2.    Pembahasan
  Pada percobaan ini benda yang di gunakan adalah bola pejal kayu dan bola berongga. Pada langkah pertama kami menghitung waktu yang diprlukan untuk dua kali osilasi dengan memberikan simpangan sebesar 15° maka di peroleh waktu rata-ratanya dengan menggunakan benang pada tali 0,6 m, 0,4 m, dan 0,2 m secara berturut-turut yaitu sebesar 21 s, 15 s, dan 13 s. Dengan memberikan simpangan dan panjang tali yang sama untuk tali yang berbentuk tasi diperoleh waktu rata-ratanya untuk melakukan dua kali osilasi secara berturut-turut yaitu 30 s, 26 s, dan 14 s. Data diatas adalah untuk bola pejal kayu. Sedangkan untuk bola berongga dengan tali yang berupa benang, waktu rata-ratanya yang diperoleh secara berturut-turut yaitu 30 s, 25 s, dan 13 s. Untuk tali yang berupa tasi dengan memberikan simpangan dan panjang tali yang sama maka diperolah waktu rata-ratanya untuk dua kali osilasi secara berturut-turut adalah 24 s, 22 s, dan 13 s. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi waktu adalah panjang tali, semakin panjang tali yang di gunakan maka waktu yang di butuhkan untuk beosilasi semakin lama, sebaliknya semakin pendek tali yang digunakan maka waktu yang di butuhkan semakin untuk berosilasi semakin cepat.
Berdasarkan analisis data untuk bola pejal kayu di peroleh momen inersia secara teori adalah 0.062899 Kg m2, sedangkan secara praktek momen inersia pada  benang di peroleh 0,2696119 Kg m2 dan pada tasi yaitu sebesar 0,072404 Kg m2. KSR untuk benang diperoleh -3,2864315 % dan KSR untuk tasi yaitu -0,1511243 %. Untuk bola berongga momen inersia  yang di peroleh secara teori yaitu 0,0029065 Kg m2, sedangkan momen inersia secara praktek pada benang yaitu 0,004696 Kg m2,  pada tasi yaitu 0,001858 Kg m2. KSR pada benang yaitu -0,61579831 % dan KSR pada tasi yaitu 0,360762607 %. Dalam percobaan yang kami lakukan mengalami kesalahan di mana kesalahan yang kami lakukan yaitu kami memberikan simpangan pada bola bukan seperti pada benda putar melainkan seperti pada bandul. Sehingga nilai momen kelembaman secara teori maupun secara praktek berbeda.
            Berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai momen inersia secara teori maupun secara praktek berbeda. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan dalam melakukan percobaan, sehingga nilai- nilai yang kami peroleh secara praktek tidak sesuai dengan nilai yang di inginkan. Dari kesalahan tersebut sehingga KSR yang diperoleh tandanya  ada yang negatif, ini membuktikan bahwa tingkat kesalahan dalam menentukan momen kelembaman dengan metode tripilar relatif besar. Jadi percobaan yang kami lakukan tidak sesuai dengan teori yang ada.
            Berdasarkan grafik hubungan antara periode dengan panjang tali pada bola pejal lebih besar di bandingkan dengan benang paa bola berongga. Sedangkan tasi pada bola pejal lebih kecil di bandingkan dengan tasi pada bola berongga.

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PENGUKURAN PANJANG

LAPORAN PRAKTIKUM : PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN METODE AYUNAN BANDUL

LAPORAN PENGUKURAN MASSA